Selasa, 26 Juni 2012

Dua Sahabat Melawan Dunia (skrip drama)


Tema                    : Perjuangan

Tokoh                   : Rudy (baik hati, jenius dan penuh semangat)
                                Hanifan (lugu, bersemangat tinggi, rendah hati)
                                Kani (tinggi hati, jail)
                                Niken (baik dan penyayang)
                                Nadine (ramah dan suka menolong)
                                Pak kades (jujur dan baik hati)
                                Bu kades (materalistik dan penyayang)
                                Fatna (cerdas)
                                Aldy (selengekan, malas, dan sombong)
                                Bude (baik hati dan penyayang)
                                Dosen (berwibawa)
                                Kepala sekolah (tegas)
                                Nefita (anggun)
                                Pak guru (peduli)
                                Nci (polos dan baik hati)
                                Alam (polos)
                                Regina (cuek)
                                Meta (lembut)
                                Diana (cuek)
                                Henni (jutek)

Latar                     : rumah hanifan, kantor kepala desa, gubuk, ruangan kelas, ruangan dosen, ruang guru, rumah bude, podium, warung makan, sekolah, papan pengumuman, balai desa.

Setting                  : pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari

Sudut Pandang   : orang pertama

Amanat                 : kesuksesan di mulai dari mimpi, mimpi dibangun oleh keyakinan dan keberusahaan, berusahalah dan yakin kalian mampu mewujudkan sesuatu yang kalian pikir tak dapat di capai, padahal kalian bisa untuk mencapainya, mimpi tidak hanya sebatas ujung dunia, tetapi mimpi tumbuh tidak ada batasnya.

Alur                       : Campuran

Balai Desa Wonosobo sedang dipadati warga desa. Di sana sedang diadakan acara seminar, sekaligus pembukaan lapangan kerja baru dan peresmian Sekolah gratis untuk para warga desa Wonosobo.

Rudy               : Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Para warga desa Wonosobo yang saya cintai, berkat Allah SWT.     Saya dan teman saya Hanifan dapat berdiri disini untuk meresmikan pembukaan lapangan kerja dan sekolah gratis bagi warga desa ini
 Hanifan          : Ya benar, hanya karena atas kehendak – Nya lah Kami dapat sesukses    sekarang ini, mengingat 10 tahun yang lalu kami bukanlah apa-apa di desa ini, kami hanya 2 orang anak laki laki yang mempunyai impian dan tujuan yang sama.

(10 tahun yang lalu) (flash back)

Di gubuk sebelah kebun, Ifan dan Rudy sedang asik memandangi langit sambil berangan-angan tentang impian mereka.

Rudy               : Fan, percoyo ora? Kapan-kapan aku dadi wong sukses?
Hanifan           : Halah.. paling-paliang yo garap sawah nang kene!
Rudy               : Awak mu iku ngeremaeh no aku! Aku janji, kapan-kapan aku pasti dadi wong sukses! Tak buktino!
Hanifan           : Walah-walah dy, lek awak mu sukses ngajah aku yo? Aku lak koncomu.
Rudy               : (sambil tersenyum)
                        Kamuiki, tadi ngejek aku toh? Sekarang aja kamu mau ikutan! Payah kamu fan!
Hanifan           : Awak mu medit! Wong aku iki juga punya cita-cita toh? Dy, banu aku yo? Kita sama-sama berjuang dadi wong sukses, mau toh? mau toh?
Rudy               : yo jelas aku iki mau. Tapi fan, kalau awak mu iku mau dadi wong sukses, singkirno wae fan, sifat burukmu iku!
Hanifan           : Walah dy... Aku iki sudah begini dari dulu toh?  Cepat gugup kalau dihadapan wong banyak. Aku iki punya kekurangan dy. Kamu enak toh? Kamu iku pintar. Otak mu iku loh, bok yo bagi-bagi toh sing aku iki. Aku toh juga mau dy.
Rudy               : Heh, fan, dengar aku yo, aku janji sama awak mu iku, aku akan buat awak iki sukses. Aku akan membuang kebiasaan burukmu iku. Aku yakin awak iki iso!
Hanifan           : bener yo dy? Kamu mau bantu aku?
Rudy               : iyo, aku janji!
Hanifan           : oke, janji yo kita berdua (sambil meraihkan tangan ke arah rudy)
Rudy               : (meraih tangan ifan)
                        Nanti kalau aku sudah jadi wong sukses, deso iki akan ku bangun lapangan kerja toh fan, supaya worgo deso wonosobo iki tak dadi wong susah lagi.
Hanifan           : Wah, kalau aku sih mau bangun sekolah gratis untuk anak-anak di sini. Supoyo mereka iso sukses, punya pengetahuan, dan ora dibotei sama wong kota sana!
Rudy               : awak iki akan mewuudkan iku bersama
Hanifan           : pasti (sambil tersenyum lebar)
                        Dy, sudah sore iki, aku sing pulang dulu yo, nanti mbak yu ku marah
                        Assalamu’alaikum
Rudy               : Wa’alaikumsalam
                        Hati-hati yo fan
Rudy kembali melanjutkan menatap langit sambil tersenyum membayangkan kesuksean ia dan ifan nantinya

Di Rumah Ifan

Hanifan           : (Mengetuk Pintu)
Tok.. tok.. tok.. Assalamu’alaikum
                        Mbak.... mbak...
                        Ifan pulang mbak, bukain pintunya, mbak..
                        Assalamu’alaikum
Niken              : Wa’alaikumsalam..
                        Ya tunggu sebentar... (berjalan menuju pintu rumah)
Darimana saja kamu jam segini baru pulang? (dengan nada cemas)
Hanifan           : emm... anu mbak, saya tadi main sama Rudy di gubuk sebelah kebun
Niken              : Kenapa lama toh lek? Mbak iki khawatir sama kamu
Hanifan           : Tadi kami asyik menatap langit sambil berangan-angan tentang impian kami (sambil membayangkannya kembali)
Niken              : Impian kalian? (kebingungan)
Hanifan           : Iya mbak, impian kami menjadi orang sukses
                        (tersenyum-senyum sendiri)
                        Mbak tau nda apa impianku? (dengan nada penuh semangat)
Niken              : Bukan mengenai hal yang aneh kan?
Hanifan           : Bukan toh mbak.
                        Aku cuma mau membangun sekolah gratis untuk anak-anak disini
Niken              : Ada-ada saja kamu iku fan
                        (sambil menggeleng-gelengkan kepalanya)
Hanifan           : memangnya kenapa toh mbak?
Niken              : Kita ini orang susah, sudah tidak punya orang tua lagi, tidak ada yang membiayai hidup kita, makan aja susah, gimana mau bangun sekolah? Jangan berangan-angan terlalu tinggi dek, nanti kamu sendiri yang susah.
Hanifan           : Tapi mbak, aku dan Rudy sudah berjanji untuk meraih impian itu bersama.
Niken              : Dengar kata-kata mbak fan, bukannya mbak mau menjatuhkan kamu, kamu masih ingat kebiasaan buruk kamu dari kecil toh fan? Cepat gugup dan cepat lupa dalam menagkap hal apapun? Gimana kamu mau jadi orang sukses? Sudahlah fan, bantu mbak saja jualan kue di pasar untuk cari makan, toh jualan kue kan lebih pasti daripada kamu cuma berangan-angan kosong seperti itu.
Hanifan           : Tapi mbak, Rudy sudah janji kok sama aku, dia mau bantu aku untuk menghilangkan kekurangan ku itu mbak
                        (bersih keras dengan cita-citanya)
                        Percaya deh mbak sama aku, aku bisa kok, aku mau sukses mbak, aku mau menbahagiakan mbak yang telah merawat aku dengan tulus selama bapak sama ibu telah berpulang.
Niken              : Sudahlah, tidak usah di perpanjang, lebih baik kamu pergi mandi, mbak sudah masak nasi sama ikan asin untuk makan malam, nanti sehabis kamu mandi kita makan sama-sama.
Hanifan           : (pasrah)
                        Iya mbak (sambil menuju ke kamar mandi)

Keesokan Paginya Di Kantor Pak Kepala Desa ada kabar dari pemerintah pusat tentang pencarian siswa berbakat di desa untuk melanjutkan pendidikan yang akan di biayai oleh pemerintah pusat.
Di ruangan pak Kades, Pak kades sedang duduk samtai sambil melihat laporan kesehatan tahunan warga desa, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Fatna              : Tok.. tok.. tok..
                        Assalamu’alaikum Pak Kades
                        Bolehkah saya masuk pak?
Pak Kades     : Wa’alaikumsalam. Silahkan masuk
Fatna              : Saya membawa kabar dari pemerintah pusat pak
                        (sambil menyerahkan amplop coklat kepad apak kades)
Pak Kades     : Berita dari pemerintah pusat?
Fatna              : iya pak, di sampul depan itu diberitahukan tentang beasiswa murid berprestasi, silahkan bapak baca sendiri.
Pak Kades     : Baiklah, tunggu sebentar
                        (sambil membuka amplop tersebut dan kemudian membacanya)
Fatna              : (beberapa menit kemudian)
                        Bagaimana pak? Ada berita apa?
Pak Kades     : Jadi begini, pemerintah pusat meminta 3 orang anak yang berprestasi di desa ini di kirim ke Jakarta untuk menerima pendidikan gratis dari pemerintah pusat.
Fatna              : lalu apa yang akan bapak lakukan? Di desa kita saja tidak ada sekolah, bagaimana cara kita menentukan murid berprestasi dari sekolah ini?
Pak Kades     : Saya juga berpikir seperti itu ketika saya membaca surat ini. Kita tidak mungkin mengabaikan perintah ini. Pemerintah menetapkan paling lambat 3 minggu lagi data sudah di berikan kepada pemrintah pusat. Minggu berikutnya pemerintah pusat ingin anak-anak itu sudah berada di Jakarta dan siap untuk bersekolah di Sekolah Menengah Atas 98 Jakarta.
            Tiba-tiba terdengan ketukan pintu untuk ke dua kalianya
Nadine            : Tok... tok... tok..
                        Selamat pagi!
Pak Kades     : Ya, Silahkan masuk...
Nadine            : Selamat pagi Pak
Pak Kades     : Selamat pagi, ada keperluan apa ya mbak?
Nadine            : Saya mahasiswa dari Universitas Indonesia yang telah membuat janji pada bapak kemarin lewat telepon.
Pak Kades     : Oh.. kamu..
                        Mari silahkan duduk
Fatna              : Maaf pak mengganggu, apa sebaiknya saya keluar saja?
Pak Kades     : tidak, sebaiknya kamu duduk di samping mbak... siapa namanya mbak?
Nadine            : Nadine pak
Pak Kades     : ya di samping mbak Nadine untuk mendampingi saya
Fatna              : Baik pak (sambil duduk)
Pak Kades     : baik, apa maksud kedatangan mbak Nadine kemari?
Nadine            : maksud kedatangan saya kemari adalah ingin meminta izin kepada bapak untuk mengadakan penelitian tentang pendidikan dan cara belajar anak-anak di desa Wonosobo ini untuk data penulisan skripsi saya. Apakah bapak mengizinkan saya untuk tinggal beberapa minggu di desa ini atas keperluan tersebut?
Pak Kades     : Boleh saja, tapi ada sedikit masalah mbak
Nadine            : masalah? Masalah apa ya pak kalau saya boleh tahu?
Pak Kades     : Semua anak disini tidak bersekolah mbak, disini hanya ada perpustakaan keliling yang biasa keliling, itu juga hanya sebulan sekali. Ada dua anak yang saya perhatikan sering belajar bersama di gubuk sebelah kebun desa. Namanya Ifan dan Rudy. Tetapi tetap saya bereka tidak pernah bersekolah sebelumnya.
Fatna              : Pak, Mbak, saya punya usul yang bisa menguntungkan kita bersama.
Pak Kades     : Usul?
Nadine            : Usul apa bu? Siapa tahu dapat membantu?
Fatna              : Pemerintah pusatkan sedang ada program pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi di desa ini dan pemerintah pusat menginginkan dalam kurun waktu 3 minggu kedepan, data tentang anak-anak berprestasi tersebut harus di kirimkan. Nah, mbak ini juga  sedang ingin meneliti cara belajar anak-anak di desa ini kan? Saran saya mengapa bapak dan mbak tidak berkerja sama membuat program belajar gratis selama 3 minggu, dan mbak ini yang akan jadi guru sukarelawannya, bagaimana pak? Mbak?
Pak Kades     : ide bagus bu, saya setuju dengan ide ibu, bagaimana dengan mbak?
Nadine            : jadi maksud ibu dan bapak bagaimana? Jujur saya masih bingung pak, bu.
Fatna              : jadi begini mbak, pak kades akan memberitahukan program pemberian beasiswa ini kepada seluruh warga desa. Sementara itu, pak kades juga akan membuka program belajar gratis selama 3 minggu sebelum seleksi penerimaan beasiswa tersebut dimulai. Mbak akan jadi guru sukarelawan program tersebut. Sambil mengajar, mbak bisa meneliti dengan bebas untuk keperluan skripsi mbak, bagaimana?
Nadine            : oh, jadi begitu pak, bu, baiklah, saya mau menjadi guru sukarelawan disini.
Pak Kades     : baiklah kalau begitu, mbak mulai minggu depan sudah bisa mengajar di desa ini menggunakan fasilitas gubuk desa di samping kebun. Untuk masalah tempat menginap mbak, saya akan minta izin kepada mbak Niken salah satu warga disini agar memberikan tumpangan sementara untuk mbak.
Nadine            : Makasih Pak, bu, saya sangat senang dengan kerjasama ini. Kalau begitu saya keluar dulu untuk berkeliling desa ini pak.
Pak Kades     : iya mbak. Silahkan. Bu Fatna, tolong antarkan Mbak Nadine ini menemui Mbak Niken terlebih dahulu ya.
Fatna              : Baik pak, mari mbak silahkan!

            Sesampainya di rumah Hanifan, Niken sedang menyapu di teras depan rumahnya
Fatna              : Assalamu’alaikum
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Eh, bu Fatna, tumben mampir kemari, ada apa ya bu?
Fatna              : Gini toh mbak niken, pemerintah pusat sedang mencari siswa berbakat untuk menerima beasiswa ke Jakarta
Niken              : Basiswa? Mbak yang disamping ibu itu siapa? (menunjuk ke arah nadine)
Fatna              : kenelakan mbak Niken ini Mbak Nadine guru sukarelawan yang datang dari jakarta. Mbak Nadine ini Mbak Niken pemilik rumah ini.
Niken              : Niken (sambil mengulurkan angan ke arah nadine)
Nadine            : Saya Nadine (menjabat tangan Niken)
Niken              : lalu tujuan ibu dan Mbak Niken kemari?
Fatna              : gini loh mbak Niken, mbak Nadine selama menjadi guru sukarelawan akan menumpang di rumah mbak Niken, apakah mbak Niken keberatan?
Niken              : Oh, begitu toh, silahkan saja jika mbak Nadine ingin tinggal di sini untuk sementara waktu. Tapi, rumah ini sangat sederhana, tidak ada barang-barang istimewa, makan pun hanya sederhana.
Nadine            : tidak apa kok mbak, justru saya sangat berterimakasih kepada mbak sudah mau menerima saya di rumah mbak untuk sementara waktu. Ngomong-ngomong mbak tinggal sendiri?
Niken              : oh, nda kok mbak, saya tinggal bersama adik laki-laki saya, namanya Ifan. Ayo monggo mbak masuk, akan saya tunjukan kamar untuk mbak.
Nadine            : iya, terimakasih mbak
Fatna              : maaf mbak Niken lebih baik saya kembali ke kantor sekarang, saya permisi dulu mbak, Assalamu’alaikum.
Niken              : oh, iya bu, Wa’alaikumsalam.

            Berita tentang pencarian siswa berprestasi dan di bukanya sekolah gratis telah tersebar ke seluruh penjuru desa. Tetapi tak ada seorangpun anak yang berminat untuk mengikuti pencarian dan pembelajaran gratis itu, yang ada malah mereka mencampakannya kecuali Rudy dan Ifan.

(papan pengumuman di padati oleh anak-anak desa)
Aldy                 : (sambil melihat ke papan pengumuman)
                        Yah, buat apa ikut program seprti ini? Ga penting banget sih
Kani                : Aku tidak perlu ikut program seperti ini, pasti aku lolos seleksi, lihat saja nanti. Tak buktino!
Aldy                 : tak usahlah kamu pergi ke Jakarta sana. Di sini saja toh, temani aku. Nanti kita nikah, aku kan orang kaya. Tak perlu yang namanya sekolah itu.
Kani                : kamu iki dy, ngaco betul kalau nyomong, nda mau aku nikah sama kamu, nanti aku nda punya masa depan. Kamu kam elek.
Aldy                 : jangan begitulah, aku iku orang ternama tau
Kani                : nda peduli aku, pokoke aku iku nda mau. Mendingan aku iku nikah sama lembu daripada nikah sama kamu.
Aldy                 : Jahatnya awakmu iku
(tak lama kemudian Rudy dan Ifan datang. Saat mereka melihat keramaian di papan pengumuman, mereka langsung menghampirinya).
Rudy               : fan, fan, fan, lihat itu nah, ada opo yo rame-rame begitu disana?
Hanifan           : tak tahu aku dy, yo weis kita lihat saja kesana
Rudy               : ayo fan
Hanifan           : (menerobos masuk di antara kumpulan anak-anak desa)
Aldy                 : teman-teman kita pergi saja yuk, nda penting bangrt pengumuman iki. Mending kita main di ladang
(anak-anak desa pun bubbar dan mengikuti kemana aldy pergi, kecuali kani yang masih bimbang dengan keputusan nya)
Hanifan           : loh? Loh? Kenapa pada bubar toh? Aku iku baru saja datang.
Aldy                 : ah, nda penting fan, ikut main saja yuk1
Rudy               : jangan fan, kita lihat dulu pengumuman ini
Hanifan           : Maaf ya dy, aku tidak iso ikut main
Aldy                 : payah awak mu iku fan!
Rudy               : Kan, ono pengumuman opo sih? Ramai betul
Kani                : Baca saja sendiri!
Hanifan           : kau ini jadi gadis galak betul
Kani                : nda urus!
Rudy               : sudahlah fan, nda usah di ladeni, ayo kita baca
Hanifan           : iyo dy
(setelah membaca pengumuman tersebut)
Hanifan           : dy, kesempatan emas ya toh buat kita untuk meraih impian kita?
Rudy               : iyo fan, benar, ayo kita pulang untuk mempersiapkan alat-alat belajar besok.
Hanifan           : Ayo dy, aku juga sudah nda sabar untuk memberitahukan hal ini kepada mbak yu ku.
Rudy               : kita berpisah disini saja yo fan?
Hanifan           : Njeh dy, Assalamu’alaikum
Rudy               : Wa’alaikum salam


Di Rumah Hanifan

Hanifan           : Assalamu’alaikum ...
(niken yang sedang berbincang-bincang dengan nadine kaget mendengar suara hanifan yang sangat keras dan mengagetkan)
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Ya ampun fan, kaget mbak yu iku, bok ya kalau salam pelan-pelan toh, nda usah teriak-teriak begitu.
Hanifan           : Maaf mbak yu, aku iku sedang terbawa suasana, aku iku sedang senang sekali. Loh mbak yu, iku siapa toh mbak? Awak ku ono pernah lihat mbak iki di deso iki.
Niken              : oh iya fan, hampir lupah toh mbak yu, iki jenenge mbak Nadine dari Jakarta. Mbak Nadine ini ifan Adik saya.
Nadine            : oh, ini yang namanya ifan, salam kenal ya fan, Saya Nadine mahasiswa dari Jakarta yang sedang mengadakan penelitian disini.
Hanifan           : njeh mbah, saya Ifan, adiknya mbak yu.
Niken              : fan, duduk dulu sini, aku mau bicara
Hanifan           : iya mbak (sambil menghampiri niken dan duduk)
Niken              : fan, kamu sudah dengar tentang pemilihan siswa berpestasi itu dan program belajar gratis selama 2 minggu?
Hanifan           : iya mbak sudah, justru aku senang yo gara gra iku toh mbak yu
Niken              : nah, mbak Nadine ini yang akan mengajar kamu nanti, dia akan tinggal disini selama mengajar di desa ini, mbak juga sudah memberi tahu tentang kekuranganmu kepada Mbak Nadine ini.
Hanifan           : oalah mbak yu, aku jadi malu toh mbak, mbak ini gimana toh?
Nadine            : tidak usah malu fan, saya ngerti kok kadaan kamu sekarang. Semua orang kan mempunyai kemampuan yang berbeda. Tapi saya yakin, kamu pasti bisa ke Jakarta.
Hanifan           : oalah mbak, tak usah memberi harapan lebih ke saya, saya takut nda bisa pergi ke Jakarta, nanti saya malah kecewa mbak.
Nadine            : jangan menyerah sebelum berperang fan! Maju terus ya! Saya mendukung kamu.
Hanifan           : makasih ya mbak semangatnya
                        Mbak niken, mbak nadine aku permisi ke kamar dulu ya
N&N                : iya fan.

Keesokan harinya program belajar gratis itu sudah di mulai, tetapi gubuk desa hanya di penuhi oleh Nadine, Ifan, Rudy dan Kani.
Nadine            : selamat pagi anak-anak. Saya Nadine, kalian memanggil saya dengan sebutan kak Nadine saja ya. Ohya? Kalian hanya bertiga? Teman-teman kalian mana?
Kani                : mereka tidak mau belajar kak, mereka malah memilih untuk bermain daripada belajar di gubuk ini, pertamanya saja juga malas untuk pergi kesini. Tapi orang tua saya memaksa saya untuk pergi belajar kesini.
Nadine            : yasudah, bertiga saja sudh cukup. Ayo kita mulai belajar. Hari ini kita belajar Matematika ya?
K, R, & I          : Iya kak....

            Sudah satu minggu mereka belajar rutin seperti itu. Ifan dan Rudy datang setiap hari untuk belajar, sedangkan Kani yang memang tidak niat mengikuti program itu datang hanya 2 hari sekali. Hanifan belum ada perkembangan, setiap ia di suruh maju untuk mengerjakan soal iya masih gugup dan akirnya tidak dapat menyelesaikan soal tersebut. Sedangkan rudy, karena sudah pada dasarnya ia adalah seorang anak yang cerdas, ia dapat mengikuti seua program pembelajaran dengan baik bahkan ia hampir mendapat nilai sempurna pada setiap pelajaran yang di ujikan. (sambil menyorot suasana kelas tanpa dialog)

Nadine            : sudah 1 minggu kita belajar intensiv seperti ini. Tetapi saya hanya melihat perkembangan pesat yang terjadi pada Rudy. Untuk ifan kakak mohon kamu harus secepatnya menghilangkan rasa gugup mu itu, kamu belajar dengan rudy bagaimana ia dapat mengerjakan soal-soal itu tanpa ada rasa gugup sama sekali. Untuk Kani, sebenarnya kamu cerdas, tetapi kamu kurang rajin sehingga perkembangan otak cerdas mu itu terhambat akibat kemalasanmu itu, saya harap seminggu kedepan kamu haru s lebih sering mengikuti program belajar ini sebelum mengikuti seleksi.
Kani                : wong aku ikut program iki karena perintah orangtua ku, jika bukan karena permintaan mereka aku tidak akan pernah mau mengikuti program ini.
Nadine            : tidak mingkin, saya dapat melihat kebohongan dalam mata mu
Kani                : ah, nda urus aku! Mendingan aku pulang toh, daripada disini dituduh yang macam-macam. (dengan muka kesal ia berlari meninggalkan gubuk itu tanpa mengucapkan salam sedikit pun)
Nadine            : kani!! Tunggu....
Rudy               : sudahlah kak, biarkan saja, sifatnya memang seperti itu, jika ia semakin di kekang atau di perintah, ia akan semakin menjadi.
Hanifan           : iya kak, biarkan saja, nanti dia juga kembali seperti biasa.
Nadine            : yasudahlah. Kalau begitu kita pulang saja. Selamat siang adik-adik.
R & I                : siang kak

            Setelah Nadine pulang, Ifan dan Rudy melakukan kebiasaannya setiap sore, yaitu menatap langit.

Hanifan           : Dy, ujian seleksi tinggal satu minggu lagi. Awakmu iku dengar kan opo sing di ucapken sama kak Nadine tadi?
Rudy               : iya fan, aku dengar, sebenarnya aku punya terapi untuk menghilangkan kegugupan mu itu.
Hanifan           : iya tah dy? Bagaimana caranya?
Rudy               : ayo ikut aku
Hanifan           : kemana?
Rudy               : ke podium di kantor kepala desa
Hanifan           : loh? Mau apa kita kesana dy?
Rudy               : sudahlah, ayo ikut saja
Hanifan           : tapi janga macam-macam ya dy?
Rudy               : ya nda lah, kita kan mau berangan-angan seandainya kita nanti jadi sukses, sekaligus untuk terapi menghilangkan kegugupan.

            Sesampainya di podium kantor kepala desa
Rudy               : sudah sampai, mari kita mulai fan
Hanifan           : mulai? Mulai apa?
Rudy               : kita mulai terapinya, kamu belajar pidatoi di atas podium ini fan.
Hanifan           : hah? Apa kau ini bercanda? Aku nda iso pidato di atas podium ini dy, yang ada aku malah pingsan karena saking gugupnya.
Rudy               : oalah fan, mencoba nda ada salahnya toh?
Hanifan           : Iya sih, tapi....
Rudy               : nda ada tapi-tapian, ayo naik ke podium dan mulai berpidato!
Hanifan           : (dengan muka pucat, iya terpaksa mengikuti kemauan sahabatnya itu)
                        Dy, kamu serius? (saat iya naik mukanya semakin pucat dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya)
                        Dy?
                        (saat sampai di atas podium seluruh badannya bergetar dan ia pun jatuh pingsan)

Akirnya hanifan pun di rangkul menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah ifan warga langsung membawa ifan ke kamar.

Niken              : ono opo toh ini dy? Ifan kok pingsan?
Rudy               : anu kak.. tadi...
Niken              : tadi opo toh lek?
Rudy               : maaf ya mbak yu, tadi ifan tak suruh berpidato di podium kantor kepala desa.
Niken              : oalah lek.. lek..
                        Kamu tau ifan itu gugupan toh dy?
                        Pantas saja dia pingsan, lek.. lek..
Rudy               : maaf mbak yu, kita tadi Cuma belajar pidato untuk menghilangkan kegugupan ifan.
Niken              : yo weis lah lek, kamu mau langsung pulang atau menunggu ifan sampai sadar?
Rudy               : aku tunggu di sini saja sampai ifan sadar mbak
Niken              : tunggu di kamar ifan saja sana, mbak  tinggal dulu ya dy
Rudy               : iya mbak

            Rudy sangat khawatir pada ifan, ia sangat merasa bersalah pada ifan. Ia takut ifan marak kepadanya.  Akibatnya ia melamun saat menunggu ifan, sampai- sampai ia tak menyadari bahwa ifan telah sadar dari peingsannya.

Hanifan           : dy, kamu masih disini?
Rudy               : (tetap melamun dengan wajah khawatir)
Hanifan           : dy.. kamu melamun ya? Dy..
Rudy               : (sadar dari lamunan nya)
                        Loh? Fan? Kamu sudah sadar? Sejak kapan?
Hanifan           : baru saja kok dy. Kamu melamun ya tadi?
Rudy               : iya fan, aku tadi melamun karena khawatir, aku takut kamu marah. Gara gara aku nyuruh kamu berpidato di podium tadi kamu jadi pingsan begini. Maaf ya fan.
Hanfan            : santai saja dy, aku nda kenapa kenapa kok.
                        Aku malah berterimakasih sama kamu dy, besok ajak aku ke sana lagi ya? Aku benar benar ingin menghilangkan kegugupan ku ini dy. Ini semua untuk masa depan ku. Aku ingin sukses. Aku ingin mewujudkan cita-cita anak anak desa disini dengan membangun sekolah! Aku ingin sukses dy! Bantu aku ya?
Rudy               : kamu nda marar fan? Baiklah jika itu keinginanmu. Karena semangatmu yang begitu tinggi dan juga kerena aku telah berjanji padamu. Besok kita latihan pidato lagi.
Hanifan           : makasih ya dy, kamu memang sahabat terbaikku.
Rudy               : Sama-sama fan. Aku pulang dulu ya fan? Besok aku jemput aku ke sini. Assalamu’alaikum...
Hanifan           : wa’alaikumsalam

Keesokan harinya hanifan dan rudy kembali ke podium kantor kepala desa. Hampir setiap hari mereka kesana untuk berlatih. Lama kelamaan hanifan pun terbiasa berpidato di depan oanga banyak, meskipun terkadang iya masih kelihatan sedikit gugup. Tetapi semangatnya untuk menghilangkan kegugupannya itu yang membuatnya selalu nagkit dan terus mencoba. Sampai pada akhirnya seleksi pun tiba. Ifan dan rudy mengerjakan soal sola itu penuh percaya diri. Rudy telah berhasil menjadikan ifan melawan kegugupannya. Selang beberapa hari, hari pengumuman hasil seleksi pun tiba.

Rudy               : Assalamu’alaikum
Hanifan           : Wa’alaikumsalam
Rudy               : Ayo cepet fan kita berangkat.
                        Aku sudah nda sabar iki.
Hanifan           : yasudah, ayo dy.
                        Mbak yu, aku pergi dulu ya.
                        Assalamu’alaikum
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Hati-hati ya lek.. (sambil tersenym dan menggeleng-gelengkan kepalanya kerena heran melihat kelakuan adik semata wayangnya itu)
            Sesampainya di papan pengumunan

Hanifan           : Dy.. lihat dy.. lihat!
                        Kita berdua lolos seleksi!
                        Kita berdua akan ke Jakarta dy! Ke jakarta!
                        (berteriak kegirangan)
Rudy               : tuh kan fan, aku yakin kita mampu.
Hanifan           : Makasih ya dy telah bantu aku. Kalau nda ada kamu ayu yakin aku ga akan bisa ke Jakarata. Makasih ya dy.
Rudy               : sama sama fan. Aku turut senang
Hanifan           : dy aku pulang dulu ya. Mau buru buru ngasih tahu mbak yu ku. Kia pasti senang. (pamit sambil berklari kegirangan menuju rumahnya)
Rudy               : (sambil berteriak) Hati-hati fan!

            Sesampainya di rumah
Hanifan           : Asalamu’alaikaum
                        Mbak yu... ifan pulang...
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Iya..iya..
                        Sabar toh fan, mbak lagi masak ini.
                        (membukakan pintu)
                        Cepat sekali kamu pulangnya, biasanya lama.
Hanifan           : iya mbak.
                        Tebak aku bawa apa?
Niken              : kamu ini, jangan bercanda, wong kamu nda bawa apa apa masa mbak di sutuh nebak sih? Ifan... ifan..
Hanifan           : aku nda bercanda mbak, aku lolos seleksi! Aku akan ke Jakarta!
Niken              : (keget, seolah tak percaya, ia senang namun ia sedih, ia akan sendirian di desa jika ifan pergi nanti)
                        Apa? Fan, kamu jangan bohongi mbak begitu. Mbak ga percaya.
Hanifan           : oalah mbak yu ini. Aku nda bohong toh mba. Aku serius, aku lolos seleksi.
(tiba-tiba nadine datang)
Nadine            : Iya mbak Niken, Ifan benar, dia lolos seleksi siswa berprestasi, dan ia akan bersekolah di Jakarta.
Hanifan           : tuh kan mbak, aku nda bohong.
                        (tersenyum kegirangan)
            Niken tidak dapat berkata-kata lagi, matanya berkaca-kaca, ia berlari menuju kamarnya dan menagis. Nadine dan Ifan kebingungan melihat reaksi dari Niken tadi.

Hanifan           : Loh? Loh? Mbak yu mau kemana? Mbak yu kok nangis?
Nadine            : niken tunggu....! (sambil menyusul niken ke kamar)
Hanifan           : (bergumam dalam hati : mbak niken sepertinya tidak suka aku pergi ke jakarta, tapi aku tidak bisa meninggalkan impian ku begitu saja, aku harus pergi ke jakarta untuk menuntut ilmu, supaya aku bisa jadi wong sukses, tapi mbak niken sedih sekali, ah, aku bingung, lebih baik aku ke surau saja, supaya aku tenang, Ya Allah semoga mbak niken mengerti) (sambil berjalan keluar rumah)

            Di kamar Niken

Nadine            : (duduk menghampiri Niken)
                        Niken, kamu kenapa? Kok sedih melihat keberhasilan ifan?
Niken              : Sebenarnya aku senang dine, tapi ..
Nadine            :: Tapi apa?
Niken              : Kalau ifan pergi ke Jakarta, aku sama siapa dine? Aku sudah tidak punya siapa-siapa selain ifan.
Nadine            : Aku mengerti keadaan kamu, tapi apa kamu tega melarang adik semata wayang mu itu mengejar impiannya?
Niken              : jujur, aku na tega melihatnya. Apa lagi ketika ia pulang dengan wajah yang demikian gembiranya.
Nadine            : nah, untuk itu kamu jangan melarang dia pergi ken, aku tau ini berat untuk mu, tapi kamu tahu tidak? Perjuangan adik mu untuk mendapatkan beasiswa itu tidaklah mudah. Jatuh bangun ia berusaha. Melawan ketakutannya sendiri, melawan sifat yang sudah dari kecil tertanam pada dirinya, semgangatnya yang begitu tinggi tidak boleh engkau rebut begitu saja, kasihan di ken.
Niken              : mungkin aku hanya perlu waktu untuk ini dine, aku mau melihat dia sukses, aku juga senang ia bisa melawan ketakutannya sendiri, aku senang ia banyak berubah karena ini, tapi di lain itu, aku sangat kehilangan dia. Hati ku masih terbagi dua dine.
Nadine            : sabar ken, aku tahu ini sangat berat, tapi tolong ambil keputusan sebijak mungkin. Aku pikir kamu memang butuh waktu untuk sendiri, kalau begitu aku permisi keluar.

            Sementara itu di rumah Kepala desa, pak kades dan bu kades sedang menbicarakan Ifan dan Rudy yang lolos seleksi sebagai siswa berprestadi di desa. Diam-diam kani ikut mendengar percakapan ayah dan ibunya itu di ruang tamu.

Pak Kades     : Bu, kamu sudah tahu kan kabar tentang Ifan dan Rudy ynag berhasil lolos seleksi beasiswa ke Jakarta?
Bu Kades       : iya pak, ibu sudah dengar dari cerita ibu-ibu tadi pagi
Pak kedes     : mereka be rdua itu hebat loh bu, Rudy mendapat nilai sempurna sedangkan Ifan nyaris sempurna, padahal setahu bapak, anak-anak di desa ini tidak pernah mendapat bekal apa-apa selain pembelajaran sukaralawan 2 minngu kemarin.
Bu kades        : oalah, pak, pak, mereka itu kan Cuma orang miskin toh pak. Apa hebat nya sih mereka dibandingakan dengan Aldy itu, Aldy anaknya pak wakades?
Pak kades     : Hus bu, nda boleh ngomong begitu, tetap saja bapak lebih suka arek-arek pintar daripada arek orang kaya. Nda punya masa depan arek seperti itu toh bu, bu..
Bu kades        : pokoknya ibu sudah membuat perjanjian pada bu wakades untuk menjodohkan kani dengan aldy
            Mendengar kata kata ibunya, kani pun reflek membantah perkataan ibunya.

Kani                : Aku nda mau bu, aku ora gelem sama aldy, dia itu aneh bu. Aku nda mau pokoke.
Bu kades        : loh? Kani, sejak kapan kamu disitu ndo?
Kani                : nda penting toh bu aku ada di situ sejak kapan. Pokoke aku nda mau di jodohin  dengan aldy itu, aku nda mau. Aku mau nya ikut ke Jakara pak! Bu! Bersama ifan dan rudy bagaimanapun caranya! Pokoke aku harus ke Jakarta.
Pak kades     : oalah ndo, nda bisa begitu, bapak tahu kamu memang pintar, tapi nilaimu masih di bawah ifan dan rudy ndo.
Bu kades        : ibu nda setuju ndo, ngapain  kamu capek-capek pergi ke jakarta? Aldy itu anak orang kaya toh ndo, kalau kamu berjodoh dengan dia, kamu nda perlu susah susah lagi ke Jakarta, tinggal minta apa saja kamu pasti di belikan.
Kani                : pokoke aku nda mau di jiodhkan dengan aldy itu bu, aku nda mau, aku mau pergi ke jakarta titik.
Bu kades        : kamu itu toh ndo, kalau di bilangin nda pernah mau dengar, mau tinggal dimana dan sama siapa kamu di Jakarta ndo?
Kani                : di jakarta kan ada bude ratih bu, ibu nda usah khawatir, aku aman tinggal sama bude, legian disana aku juga punya teman bu, diana, sedangkan disini? Aku nda punya teman bu, kani bosan, pokoke kani harus ke Jakarta.
Pak kades     : tapi bagaimana caranya toh ndo? Kamu kan nda lolos seleksi kemarin
Kani                : bapak ini kan pejabat, bapak tinggal ganti data nilai kani saja kok repot sih pak?
Pak kades     : nda semudah itu ndo, bapak tidak bisa melakukan hal itu.
Kani                : nda urus aku pak, pokoke aku mau ke Jakarta, aku mau seperti ifan dan rudy!
Pak Kades     : oalah ndo, apa boleh buat, kamu ke Jakarta dengan biaya saja ya ndo, bukan lewat beasiwa?
Kani                : terserah bapak saja gimana caranya, pokoke aku harus berangkat ke Jakarta sam aseperti ifan dan rudy!
                        (pergi meninggalkan ruang keluarga)

            Malampun tiba, Ifan, Niken, dan Nadine sedang makan di meja makan, suasana kali ini pun hening tanpa pembicaran, mereka bertiga tidak ada yang memulai pembicaraan sejak kejadian tadi pagi yang cukup meneganggkan bagi mereka. Tetapi saat mereka sudah malai makan, suara niken memecahkan keheningan di meja makan malam itu.

Niken              : fan, mbak sudah membuat keutusan
Hanifan           : keputusan apa mbak?
                        Aku juga sudah membuat keputusan, aku tidak akan ambil beasiswa itu , aku nda mau ninggalin mbak yu sendirian di desa. Nanti mbak nda ada yang nemenin, kasihan mbak yu. Keputusan  Ini sudah ku pikirkan matang-matang saat mbak yu menangis tadi pagi.
Nadine            : Loh fan? Kamu...
Hanifan           : iya kak, aku sudah ikhlas, walaupun aku harus mengubur impianku dalam-dalam.
Niken              : nda fan, mbak nda mau kamu mengubur impian mu dalam-dalam. Kamu harus meneruskan perjuangan itu fan! Harus! Kamu boleh pergi ke jakarta, tapi..
nadine            : tapi apa? (penasaran)
Hanifan           : iya, tapi apa mbak yu?
Niken              : tapi kamu harus janji sama mbak ya fan.
Hanifan           : janji?
Niken              : iya, kamu harus janji samba mbak, kamu jangan nakal disana, kamu harus belajar dengan benar, kamu harus berprestasi disana, kamu harus suksek, jangan malu-maluin mbak ya fan? Pokoke kamu nda boleh pulang ke desa sebelum kamu sukses.
Hanifan           : (sambil tersenyum kegirangan)
                        Tenang saja mbak, aku janji sama mbak yu, pegang janji ku ya mbak.

            Suasana yang semula hening, berubah menjadi suasana suka-cita, makan malam kali itu merupakan makan malam terindah bagi ifan juga niken.


Tiga hari kemudian Ifan dan Rudy di undang oleh pak kepala dasa untuk minum teh di rumah beliau.

Pak kades     : selamat ya fan, dy, kalian telah berhasil mendapatkan beasiswa tersebut
Rudy               : terimakasih banyak pak atas ucapannya dan undangan minum tehnya pada hari ini.
Pak kades     : sama-sama nak.
                        Sebenarnya ada yang bapak ingin bicarakan kepada kalian berdua.
Hanifan           : bicara tentang apa pak?
Pak kades     : begini fan, fy, di Jakarta kalian akan tinggal di tempat budenya kani yang mempunyai kos-kosan, biasa sewa rumah sudah di tanggung oleh pihak pemerintah. Biaya sekolah kalian juga sudah di tanggung oleh pemerintah, tapi, untuk biaya makan, kalian yang tanggung sendiri, jadi kalian harus cari kerja kecil-kecilan di jakarta. Pemerintah hanya memberi uang sangu untuk kaian 150ribu per bulan. Itu sudah termasuk biaya makan.
Rudy               : oh, begitu pak, terimakasih banyak pak.
Pak kades     : tapi kalian jangan senang dulu, hidup di jakarta itu keras nak, biaya hidup disana itu sangat mahal, tidak seperti disini.
Hanifan           : tidak apa-apa pak, mendapat pendidikan gratis sja lami sudah sangat senang kok pak. Kami akan menghemat selama kami tinggal di jakarta sana, pak
Pak kades     : baiklah nak, kalau memang kalian sudah sangat siap untuk tinggal di jakarta, besok kalian berangakat ke jakarta menggunakan bis. Jadi besok kalian harus nagun pagi-pagi sekali agat tidak ketinggalan bis.
Hanifan           : tenang saja pak, kami sudah mempersiapkanya sejak awal
Rudy               : terimakasih banyak pak, kalau bukan karena jasa bapak, kami tidak akan bisa pergi ke jakarta
Pak Kades     : jangan berterimakasih pada saya. Yang telah berjasa banyak pada pencarian siswa berprestasi di sini justru mbak nadine, guru kalian.
Hanifan           : oh, iya, kita sampai lupa sama kak nadine
Rudy               : fan, nanti kita belikan sesuatu untuk kak nadine untuk berterimakasih kepaa dia
Hanifan           : iya dy, aku juga ingin membeli sesuatu untuk nya.

            Malam harinya, nadine sedang sibuk menyelesaikan skripsinya di kamar. Ia telah sukses mendidik anak-anak itu. Ia berhasil membuat ke dua anak itu mendapatka beasiswa. Ia senang ia telah melakukan penelitian dengan baik dan lancar, walaupun ada sedikit konflik saat dia mengajar. Sekarang ia yakin, skripsinya kali ini tidak akan di tolak oleh dosen muda galak itu. Ketia ia asyik dengan skripsinya itu, tiba- tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Hanifan           : (mengetuk pintu)
                        Tok..tok..tok..
Nadine            : siapa?
Hanifan           : ifan dan rudy kak
Nadine            : masuk saja, aku sedang sibuk
(mereka berdua pun masuk)
Hanifan           : kak, kakak sedang apa sih? Sibuk banget dari tadi. Itu apa kak? Televisi ya? (sambil menunjuk ke laptop milik nadine)
Rudy               : ish, fan, itu komputer tau, masa kamu ga tau sih?
Hanifan           : oalah dy, aku iki kan wong deso, mana pernah lihat benda menyala aneh seperti televisi itu.
Nadine            : (sambil tertawa kecil melihat kelakuan mereka)
                        Kakak lagi ngerjain pr kakak, pr dari kampus.
                        Ini bukan televisi fan, benar kata rudy, ini komputer.
                        Lebih tepatnya laptop.
Haniifan          : apa kak? Leptop? Hah, sudahlah kan, aku nda ngerti yang begituan, yang aku ngerti matematika.
Rudy               : awak mu iku fan.. fan..
                        Sombong betul kamu, mentang-mentang lolos seleksi.
Hanifan           : akak mu iki dy yang sirik sing aku, hahaha
Nadine            : sudah-sudah jangan ribut di sini.
                        Sebenarnya kalian mau apa mencari kakak?
                        Tumben, biasanya jam segini kalian kan sedang mengaji di surau.
Hanifan           : hmm... anu kak.. anu..
Nadine            : anu..anu.. anu apa fan?
Rudy               : begini kak, sebenarnya kami kemari ingin mengucapkan terimakasih kepada kakak. Karena kakak telah mengajarkan kami dan telah memberi dorongan pada kami selama ini, kami dapat pergi ke jakarta untuk meraih impian kami.
Hanifan           : iya kak, kami ke sini mau mengucapkan terimakasih.
                        Makasih ya kak, oh iya kak, kami punya sesuatu untuk kakak, memang sih harganya tidak seberapa, hati kami yang tulus inilah kak harganya.
Nadine            : kalian tidak perlu repot-repot begini. Kakak ikhlas kok mengajar kalian, jadi kelian tidak perlu khawatir kaka meminta imbalan kepada kalian, justru kakak yang harus berterimakasih kepada kalian. Kalau kalian lebih memilih main bersama teman-teman kalian waktu iut dari pada memilih ikut kelas kakak, kakak ga bisa menyelesaikan pr kakak sekarang.
Rudy               : sudahlah kak, ambil saja kenang-kenangan dari kami ini. Kami sudah susah payah membuatkannya untuk kakak, kalau kakak menolak, kami akan kecewa sekali kak.
Hanifan           : benar apa yang dikatakan rudy kak.
Nadine            : baiklah kaka terima kenang-kenangan dari kalian. Terimakasih ya rudy, hanifan.
Hanifan           : sama-sama kak
Rudy               : yasudah kak, kita keluar dulu ya? Nda enak ganggu kakak mengerjakan pr
Hanifan           : iya, kak, selamat malam.
Nadine            : selamat malam

            Keesokan harinya ifan, rudy, dan kani bernagkat ke jakarta. Terlihat sekali bahwa mereka sangat lelah melalui perjalanan panjang seperti itu. Sesampainya di jakarta lelah mereka terbayar ketika mereka melihat keindahan kita jakarta kota jakarta. Mereka tidak menyengka mereka akan benar-benar tinggal di jakarta untuk melanjutkan pendidikan dan meraih semua impian mereka.

            Di rumah bude kani
Kani                : Assalamu’alaikum bude. Kani datang...
Bude               : Wa’alaikumsalam
                        Ya’ampun keponakan bude tersayang sudah besar sekarang.
                        Apa kabar say?
Kani                : iya dong bude, masa aku mau kecil terus sih, hehe
Bude               : bukanya gitu ndo, bude cuma pangling aja, terakhir kamu main ke rumah bude kan umur 5 tahun sayang, sudah lama sekali.
Kani                : iya juga sih bude, oh iya bude, diana kemana?
                        Aku sudah lama sekali nda berjumpa dengan nya.
Bude               : tunggu sebentar ya sayang, bude panggilkan.
                        Diana... Diana... sini nak, kani sudah datang.
Diana              : iya ma.. sabar...
Bude               : kani, mana Rudy dan Ifan?
Kani                : oh iya bude,  kani hampir lupa, itu rudy dan ifan masih di luar.
Bude               : loh? Kok kamu ga nyuruh mereka masuh sih say?
Kani                : malas ah bude, mereka kan cuma numpang disini.
Bude               : loh? Nak. Kamu ga boleh begitu, mereka kan tamu bude sayang.
Kani                : biar saja bude, kani malas sama mereka. Abis mereka norak sih. Kani kan malu jalan sama mereka.
Bude               : seharusnya kamu ga boleh begitu sayang.
                        Diana... cepet dong sayang.. kani udah nungguin tuh.
                        Dia kan capek habis menempuh peralanan jauh.
Diana              : iya ma..iya..
Kani                : hey diana, apa kabar?
Diana              : (heran) kani?
Kani                : iya ini kani, kamu lupa ya?
Diana              : engga, cuma pangling aja.
Bude               : say, tolong antarkan kani ke kamarnya ya, mama mau lihat ifan sama rudy dulu di luar.
Diana              : iya ma..
                        Ayo kani, ke atas, kamar kamu di atas, di sebelah  kamar ku.
Kani                : (mengangguk dan mengikuti kemana diana berjalan)
(alam, meta, regina,henni sedang berbincang-bincang di ruang santai di atas)
Alam               : diana, itu teh saha?
Meta               : ia, itu siapa? Sepupu kamu yang dari jawa itu ya?
Diana              : ini kani, sepupu aku dari wonosobo.
Kani                : kenalken, nama saya kani dwiharyani anaknya pak kepala desa wonosobo, keponakan nya bude ratih.
Gina                : oh, keponakannya ibu kos
                        Salam kenal ya
Henni              : hahaha
                        Anak pak kades toh, gaul dong kayak gue?
                        Kenalin nama gue henni, jagoan nya sini, haha
Kani                : njeh, salam kenal.
Diana              : kani, ayo cepet. Katanya capek, malah ngobrol disini.
Kani                : iya.. iya.. sabar meneh toh na..
Diana              : nah ini kamar kamu, kamar mandi ada di dalem. Dapur di bawah, ruang makan juga di bawah, kamar aku di sebah kamar kamu. Kamarnya mama di bawah. Aku tinggal dulu ya kani.
Kani                : iya makasih ya diana..

            Sementara itu di luar rumah
Bude               : Ifan? Rudy?
Hanfan            : iya, saya ifan
Rudy               : saya rudy, ini budenya kani ya?
Bude               : iya benar, saya budenya kani
                        Mari masuk, kasihan kalian sudah datang jauh –jauh
                        Pasti kalian capek, mari ...
H & R              : iya, bu, terimakasih
Bude               : kamar kalian berdua di atas, di samping kamar alam.
                        Alam..
Alam               : iya bu, aya naon panggil-panggil abdi?
Bude               : ini lam, ada anak kos baru dari wonosobo, ifan dan rudy, kamu tolong antar mereka ke kamar mereka ya, di sebelah kamar kamu.
Alam               : iya bu..
                        Mangga fan.. dy..
Henni              : ih, siapa lagi mereka?
                        Norak banget penampilannya, jadi ill feel gue, ish
Alam               : eh, henni, mereka teh anak kos baru, dari wonosobo.
Henni              : oh, amak desa, pantes aja norak banget gitu masuk rumah ini, ish! Mendingan si kani deh masih keren dikit.
Gina                : gue gina, salam kenal ya
Meta               : aku meta..
Rudy               : aku rudy dan ini sahabatku ifan..
Hanifan           : (hanya menganggukan kepala)
Alam               : fan, dy, hayu atuh..
                        Berat pisan nih tas kalian teh..
Rudy               : oh, iya, maaf.. maaf..
Alam               : nah, ini teh kamar kalian, wileu jeung sumping..
Hanifan           : makasih ya lam
Rudy               : ngomong opo toh dia fan? aku iki boten ngartos
Hanifan           : aku juga boten ngartos dy, dia bilang apa, wong kita sama-sama wong jowo, hahaha
Rudy               : iya juga ya fan? Hahahaha
Hanifan           : sudah..sudah..
                        Ayo kita istirahat saja, besok pagi kita cari makan, lapar aku dy.
Rudy               : sama fan, aku juga lapar.

            Di rumah Nadine (di Jakarta) nadine tengah bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Hari ini ia berniat untuk mengumpulkan skripsi yang telah ia buat tentang metode pembelajaran anak-anak di desa wonosobo. Sesampainya di kampus ia langsung menuju ruangan pak Aziz (dosen muda).

Nadine            : tok..tok..tok..
                        Selamat pagi pak..
Dosen             : ya, selamat pagi, silahkan masuk
                        (sambil menaikan kacamatanya yang turun)
                        Oh, kamu nadine, ada apa dateng ke ruangan saya?
Nadine            : ini pak saya ingin mengajukan skripsi saya untuk ketiga kalianya
Dosen             : sudah yakin kamu dengan skripsi yang ini?
                        Bapak sudak tidak ingin memberi kesempatan kepada kamu lagi jika kali ini kamu masih gagal.
Nadine            : iya pak, saya sudah yakin dengan skripsi saya kali ini. Karena skripsi saya kali ini berbeda dengan kedua skripsi saya yang sebelumnya.
Dosen             : oh ya? Bagus kalau kamu sudah yakin. Mana skripsinya? Saya mau baca.
Nadine            : ini pak, silahkan..
(pak aziz pun membaca skripsi nadine, ia terkejut dan takjub dengan skripsi )
Dosen             : Nadine, ini benar-benar skripsi yang sempurna.
                        Kamu menuliskan skripsi ini benar-benar mengalir dan penuh dengan fakta. Benar – benar skripsi yan luar biasa. Selamat nadine, skripsi kamu saya terima. Minggu depan kamu bisa ikut sidang bersama teman-teman lainnya.
Nadine            : yang benar pak? Skripsi saya benar-benar di terima kali ini?
Dosen             : iya nadine, saya akan mengajukan skripsi kamu ini sebagai the best of skropsi in this year.
Nadine            : serius pak? Terimakasih banyak pak, akhirnya skrpisi saya di setujui juga. Saya permisi dulu pak
Dosen             : ya, silahkan..
Nadine            : selamat pagi..
Dosen             : pagi (sambil tersenyum melihat perkembangan pesat mahasiswa nya itu)

            Tahun ajaran baru pun mulai, ifan, rudy dan kani masuk pertama kali ke SMAN 98 Jakarta. sedangkan diana, alam, henni, regina, dan meta kembali masuk sekolah, karena masa liburan sudah habis. Mereka tidak menyangga akan satu sekolah dengan ifan, rudy, dan kani. Pagi itu rumag ibu ratih pun terlihat sibuk dengan persiapan anak-anak kos pada tahun ajaran baru kali ini.

Henni              : lam, gue nebeng lo ya?
Alam               : maaf hen, abdi teh harus jemput nci di rumahnya, abdi udah janjian duluan sama dia, maaf ya hen.
Henni              : ah, yaudah deh, pacaran mulu lo lam, payah banget!
Alam               : hehehe, biarin wae lah hen, namanya juga anak muda.
Henni              : terserah lo aja deh lam.
                        Kani.. gue bareng lo aj adeh berangkatnya, lagian lo juga belum tau kan sekolah kita dimana, sekalian gue nunjukin ke elo..
Kani                : yo wies hen, bareng gua aja, lagian gue juga males kali bareng sama ifan dan rudy, kampungan sih gaya mereka. Hih, ogah deh. (sifat kani berubah drastis setelah ia tinggal di jakarta apalagi setelah ia menganek henni, sifat jail dan sombongnya semakin menjadi)
Henni              : hahaha. Bagus-bagus kan, gue setuju sama kata-kata elo, mereka emang kampungan banget!
Kani                : Ayo ah hen kita jalan, lama-lama deket mereka ntar kita ketularan kampungan lagi. Hahaha
Henni              : cabut coy.
Rudy               : (gondonk melihat kelakuan mereka)
Hanifan           : sudahlah dy, hari ini hari pertama kita masuk sekolah, jangan emosi lah dy.
Rudy               : ora gelem aku fan sama mereka, angkuh betul jadi orang
Hanifan           : sabar toh dy, kita buktino wae ke mereka bahwa kita lebih berprestasi daripada mereka.
Rudy               : hah, yasudahlah, makasih ya fan udah ngingetin aku
Hanifan           : sama – sama dy

            Setelah pembagian kelas selesai mereka masuk ke kelas masing- masing. Ternyata meta, regina, henni, diana,alam, dan nci satu kelas. Saat mereka semua sedang asik mengobrol, tiba-tiba kepala sekolah masuk ke ruangan kelas XI IPA 2.

Bu Kepsek     : pagi anak-anak
Murid-murid   : pagi bu..
Bu kepsek      : bagaimana kelasnya? Nyaman bukan? Selamat kalian termasuk siswa yang terpilih.
Nci                  : kelas terpilih naon bu? Perasaan abdi teh kelasnya sama wae bu. Cumannya didina kalasna rada adem bu.
Bu kepsek      : bukan itu maksud ibu, selamat kalian termasuk siswa terpilaih yang masuk program ipa. Bukan siswa sembarangan yang bisa masuk kelas ipa.
Nci                  : oh, kitu teh maksudnya.
Henni              : waelah ci, bukan waktu nya istirahat kali, pake minta-minta teh segala. Hahahaha
Pak guru         : henni, bicara apa sih kamu? Nanti pulang sekolah temui bapak di ruang guru.
Henni              : iya pak maaf
Bu kepsek      : langsung saja, ibu tidak mau berbasa-basi lagi. Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru tiga orang sekaligus, dua diantara mereka adalah penerima beasiswa siswa berprestasi dari pemerintah. Ayo anak-anak silahkan masuk.
(ifan, rudy, dan kani pun masuk)
Bu kepsek      : anak-anak, ibu harap kalian bisa bekerja sama dengan ketiga anak baru ini.
                        pak akbar, saya tinggal dulu ya, saya masih ada urusan di luar.
                        (melihat ke arah pak akbar)
                        Baiklah anak-anak ibu tinggal dulu ya.
                        Selamat pagi.
Murid-murid   : pagi bu...
Pak akbar      : ya anak-anak
                        Sesuai apa yang di katakan oleh ibu kepala sekolah tadi kita kedatangan tamu jauh, dari wonosobo. Silahkan kani, ridy, ifan.
Kani                : kenalin nama gue kani dwiharyani, gue biasa di panggil kani.
Rudy               : Saya rudy romansyah, biasa di panggil rudy, mohon bantuannya ya.
Hanifan           : saya hanifan nur fitrianto, biasa di panggil ifan, makasih.
Pak akbar      : nah anak-anak sudah tahu kan siapa namaa mereka, kalau kalian ingin berkenalan lebih lanjut, silahkan tanya pada mereka pada jam istirahat saja ya!
                        Nah, rudy, ifan, kani, silahkan duduk di bangku yang kosong.
K, R, & H        : terimakasih pak...
Pak akbar      : mari kita mulai pelajaran matematika, silahkan keluarkan lks kalian dan buka latihan 1.

            Bel pulang pun berbunyi, henni segera menemui pak akbar (wali kelasnya) di ruang guru. Setelah henni keluar ruangan pak akbar bersama kani, hanifan dan rudy pun masuk.
Rudy               : Assalamu’alaikum pak
Pak guru         : wa’alaikumsalam, eh, rudy, ifan, ayo silahkan masuk.
Hanifan           : ada apa ya pak?
Pak guru         : engga, bapak cuma ingin memberi ucapan selamat kepada kalian atas keberhasilan kalian mendapatkan beasiswa siswa berprestasi dari pemerintah. Juur bapak sangat bangga pada kalian.
Rudy               : bukan apa-apa kok pak, memang kami kesini beruang mati-matian untuk menggapai semua impian kami selama ini. Tapi tidak usah berlebihan bapak memuji kami, kami tidak biasa diperlakukan seperti itu.
Hanifan           : iya pak, mohon bantuan nya saja, agar kami bisa meraih semua impian kami.
Pak Guru        : saya pasti akan membantu kalian nak
(tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke delam ruangan pak akbar)
Nefita              : yah, ayo kita pulang, ibu udah nelponin tuh dari tadi, katanya ade sakit parah. (dengan nada semakin lama semakin pelan)
Pak Guru        : kebetulan kamu datang nak
Nefita              : ada apa yah? Eh, pak?
Pak Guru        : sudah kak, panggil ayah saja.
                        Nah ifan, rudy, nefita ini anak sulung bapak. Kalau ada-apa kalian bisa minta tolong nefita, iya sudah sengat kenal orang-orang disini. Kak, mohon bantuannya ya
Nefita              : iya yah, yah, ayo cepat, kasihan ade sama ibu udah nunggu di rumah tuh,
Pak guru         : ifan, rudy, bapak duluan ya. Assalamu’alaikum
R & I                : wa’alaikumsalam

            Di tengah perjalanan pulang, ifan mengeluh bahwa perutnya sakit.
Hanifan           : dy, perut ku sakit nah..
Rudy               : kenapa kamu fan?
Hanifan           : aku lapar dy, aku butuh makan
Rudy               : yah fan, kalau kita makan, kita pulang jalan kaki dong?
Hanifan           : nda papa sudah
Rudy               : tahan bentar ya fan..
Hanifan           : nda bisa dy, perut ku sakit banget nih
Rudy               : hah, yo weis toh fan, nah, iku ada warung makan.

            Sesampainya di warung makan
Rudy               : bu, pesen nasi bungkusnya ya 2
                        fan, makan pakai sayur aja ya, nda usah pakai daging? Mahal?
Hanifan           : yo weis lah dy, sing penting aku mangan
Rudy               : sayur kangkung aja deh bu
                        Fan, uangnya kentinggalan di kamar, gimana nih?
Hanifan           : hah? Yang bener dy?
Rudy               : iya bener fan, aduh gimana nih? Udah terlanjur mesen lagi
Hanifan           : batalin aja dy, nanti malah kena omel lagi
(tiba-tiba nci datang)
Nci                  : kalian teh ngapain didina? enggeus dahar nya?
Hanifan           : ini ci, kita kan mau meli nasi bungkus, tapi uangnya ketinggalan di kosan, tapi kita udah terlanjur mesen, makanya mau kita batalin ci, kita ga punya uang.
Nci                  : eleuh.. eleuh.. tos di batalken, jangan atuh, sini biar aku aja yang traktir kalian makan, sok atuh masuk.
Rudy               : oalah ci, nda usah, biar saja di batalkan, kami pulang saja ya?
Nci                  : jangan atuh, hayu, nteu malu-malu, anggap aja ini teh salam perkenalan kita, sok.
Hanifan           : bener nih ci?
Nci                  : iya atuh bener, masa ngibul sih.
Hanifan           : makasih ya ci
Nci                  : tos dipikerkeun fan.



Setelah 1,5 tahun mereka bersekolah dan tinggal di jakarta, mereka sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan jakarta. Sekarang mereka sudah kelas 3 SMA, dan sebentar lagi mereka akan mengikuti ujian nasional. Rudy sudah mendapatkan tiket masuk fakultas elektro universitas indonesia kerena karya tulisnya menjadi juara pada lomba LKI yang di akan disana. Sedangkan ifan sedang berusaha mencari beasiswa di UNJ jurusan MIPA, ia melihat ada pengumuman pencarian beasiswa dari menulis sebuah esai bertemakan metode pendidikan sains baru. Ia sangat tertarik untuk mendapatkan beasiswa itu, berminggu-minggu ia memikirkan ide untuk esai tersebut, akhirnya ia mendapakan ide. Hanya dalam waktu 2 hari saja ia dapat menyelesaikan esai itu dengan baik. Saat ia hendak menumpulkan esai itu.

Hanifan           : akhirnya esai ini agi juga. UNJ i’m coming..
Kani                : (karena sifat jailnya muncul, kani pun sengaja mendorong ifan dari belakang, sampai esai yang ia kerjakan pun basah tersebur air selokan)
                        Upss.. sorry ya sengaja, hahaha
Hanifan           : kamu ini apa-apaan sih kani? Lihat tuh kertas esai ku jatuh. Harapan ku telah pupus. Kamu jahat kani! Selama ini aku sudah cukup sabar sama kamu, tapi kali ini kamu sudah keterlaluan!
Kani                : eh.. fan.. maaf.. aku kira itu Cuma kertas nda penting.
Hanifan           : sudahlah aku nda mau berdebat, yang pasti sekarang, pupus sudah harapan ku untuk kuliah. Kamu jahat!
                        (pergi menginggalkan kani)
Kani                : ya’ampun  fan maaf, aku ga bermaksud ngerusak esai kamu (ucapnya dalam hati) aduh gimana nih? Ifan marah banget sama aku pasti, aku ambil saja deh, aku ketik ulang nanti di rumah, semoga aja belum terlambat.

            Akhirnya malam itu juga kani mengetik ulang esai yang telah dibuat oleh ifan. Karena batas pengumpulan esai terakir adalah besok sore. Keesokan harinya ia pergi ke UNJ untuk mengirimkan esai tersebut. Dia tidak berani berbicara kepada ifan apa lagi mengganggunya. Sekarang ia sudah kapok dan tidak pernah mengganggu siapapun lagi sejak kejadian itu. Seminggu kemudian ada surat untuk hanifan. Kani tahu bahwa hari itu adalah hari diamana pengumuman beasiswa UNJ.
Bude               : fan... ada surat untuk kamu
Hanifan           : surat? Dari siapa?
Bude               : sebaiknya kamu lihat sendiri. Ibu mau melanjutkan memasak.
Hanifan           : iya bu, terimakasih
(diam-diam kani memperhatikan ifan dari balik pintu rumah)
Hanifan           : (membuka amplop coklat dam membacanya)
                        ”selamat anda mendapat beasiswa fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta atas nama Hanifan Nur Futrianto dengan judul esai metode komik MIPA”
                        (hanifan heran melihat isi amplop coklat itu)
                        Aku kan nda jadi mengirimkan esai itu? Mengapa nama ku bisa tercantum disini? Dapat beasiswa lagi.
Kani                : maaf ya fan, itu kerjaan ku, aku yang mengirimkan esai mu ke UNJ. Waktu karah sama aku, aku langsung mengambil esai itu dari selokan, malamnya aku ketik ulang, dan siangnya aku ke UNJ untuk mengirimkan esai itu. Aku merasa bersalah babget waktu kamu marah. Maafin aku ya fan?
Hanifan           : jadi kamu yang mengirimkannya>
Kani                : iya fan, maaf ya
Hanifan           : Itu nda penting sekarang, yang penting itu aku dapat beasiswa masuk UNJ, makasih banyak ya kani, aku nda tau kalau kamu nda mengirimkannya, mungkin untuk selamanya aku nda bisa pulang ke desa. Makasih banyak ya kani.
Kani                : sama – sama fan.

            Rudy, hanifan, dan kani meneruskan pendidikan mereka di kampus mereka masing-masing, sampai pada akhirny amereka lulus dan bekerja di perusahan ternama di Jakarta, kini mereka telah menjadi orang sukses dan berpendidikan tinggi. Sedangkan aldy, ia jatuh miskin, setelah kedua oarang tuanya meninggal akibat rumahnya yang terbakar habis oleh kemarahan sang raja merah. Ia sekarang hanya menjadi tukang sapu di kantor kepala desa. Mereka bertiga pun pulang dan membangaun apa yang mereka cita-citakan sewaktu kecil. Kani sekarang telah menjadi istri hanifan, mereka hidup bahagia selamanya.

Rudy               : ”kesuksesan di mulai dari mimpi, mimpi dibangun oleh keyakinan dan keberusahaan, berusahalah dan yakin kaian mampu mewujudkan sesuatu yang kalian pikir tak dapat di capai, padahal kalian bisa untuk mencapainya, mimpi tidak hanya sebatas ujung dunia, tetapi mimpi tumbuh tidak ada batasnya, kalian punya mimpi, berusaha, dan yakin, kalian pasti sukses”
Hanifan           : dengan ini kami meresmikan lapangan pekerjaan dan sekolah gratis untuk warga desa wonosobo

            Hanifan dan Rudy tersenyum bangga, ternyata mereka bisa mewujudkan apa yang mereka impikan saat kecil dulu.


TAMAT


2 komentar:

  1. keren mba e , haha lucu juga kalo ngeliat orang ngomongnya pake bahasa yang beda :D

    BalasHapus
  2. ahahaha, iya de, soalnya itu dulu aku di kasih tugasnya memang harus ada unsur bahasa daerahnya :D makasih :)

    BalasHapus