Jumat, 29 Juni 2012

Pelukan Seorang Ibu (Cerpen)


            “Assalammu'alaikum…. Bruk!!” terdengar ucapan salam dari ibu dan suara keras daun pintu.
“Wa’alaikumsalam. Ada apa sih bu? Pulang pulang kok langsung banting pintu?” kata lika.
“Udah gak usah banyak tanya deh! Ibu capek, ini kenapa rumah berantakan kayak gini? Baru saja ibu tinggal sebentar udah kayak gini, bersihkan sana!” teriak ibu.
”Iya bu nanti, tanggung nih pr Lika sedikit lagi selesai.” Jawab lika.
“Kamu ini, kalau ibu suruh gak pernah mau degarkan ibu, cuma disuruh bersihkan rumah saja nanti nanti terus, kapan dilaksanakannya? Ibu tuh capek Lika, Ibu baru pulang kerja!” bentak Ibu.
“Iya Bu iya, ini Lika mau bersihin, Ibu mandi saja dulu bu supaya segar.” Ucap Lika. Itulah suasana setiap sore di kediaman lika. Suasananya tidak seharmonis dulu.
            Dulu keluarga lika adalah keluarga yang bahagia, penuh dengan kasih sayang, dan keceriaan. Tetapi sekarang? Semenjak ibu berkerja, ibu jadi berubah, banyak berubah. Sebelum bekerja ibu adalah seseorang yang lembut, baik hati, ceria, dan penyayang, tetapi ibu yang sekarang adalah ibu yang kasar, cerewet, keras kapala, dan pemarah. Setiap ibu marah, ayah lika selalu diam saja, tidak banyak bicara, dan selalu terpaku dengan koran-koran yang sedang ia baca. Sejak saat itu kehidupan lika dan kedua adiknya pun menjadi tidak karuan.
            Saat istirahat di kelas lika, ”Ka, kapan kamu punya bb? Aku udah gak sabar nih mau bbm-an sama kamu, katanya kamu mau minta sama ibu kamu?” kata lisa, teman sebangku lika.
”Gak segampang itu sa.” jawab lika.
”Kenapa? Ada masalah? Biasanya juga ibu kamu langsung menberikan apa yang kamu mau” tanggap lisa.
”Iya deh sa, nanti aku coba minta sama ibu lagi.” Lika teringat kejadian kemarin sore saat ibunya pulang kerja ”Kalau ku pikir–pikir tidak akan mungkin meminta bb pada ibu di saat saat seperti itu. Apalagi baru saja kemarin ibu membayar uang dafar ulangku dan kedua adikku. Ayah sekarang tidak lagi bekerja, apa mungkin aku akan mendapatkan bb dalam keadaan seperti ini? Ah, aku coba saja dulu deh, siapa tau dapat.” pikir lika.
            Sejak pulang sekolah, lika dengan setia menunggu ibunya pulang. ”Sembari menunggu ibu pulang, aku beres–beres rumah saja, supaya ibu senang.” batin lika. Lika membersihkan runahnya dengan cermat, kemudian lika juga mengajarkan kedua adiknya pelajaran yang menurut adiknya susah. Waktu semakin lama semakin berlalu, akhirnya ibu lika pulang. Kali ini ibu lika pulang dengan wajah kelelahan dan stres.
”Ibu udah pulang, capek ya  bu? Sini biar tasnya bima bawakan bu.” kata adik laki - laki lika.
”Gak usah! Ibu bisa bawa sendiri, tidur sana, sudah malam!” perintah ibu.
”Iya bu” bima menurut dan langsung pergi tidur.
”Ibu, lika mau bicara, ibu ada waktu?” kata lika.
”Ada apa lika?” ibu menjawab sambil menyalakan sebatang rokok kemudian menghisapnya.
”uhuk.. uhuk.. bu lika minta bb dong bu, temen- temen lika punya bb semua, masa lika gak punya bu, lika mau bb bu.” pinta lika.
Sambil asik menghisap batang rokoknya ibu menjawab, ”iya lika, nanti ibu belikan, tapi sabar ya, gak bisa cepat.”
”Yah bu kenapa? Biasanya bisa capet bu, uhuk.. uhuk.. Bu ibu kok ngerokok sih? Ibu berubah!” tanya lika.
”Udah deh lika, ibu tuh lagi stres! Biarkan saja ibu ngerokok! Nanti kalau stresnya hilang ibu juga berhenti ngerokok! Udah tidur sana! Besok kesiangan lagi, ibu juga yang repot!” jawab ibu.
”Tapi bu, merokok itu bisa merusak kesehatan bu, aku gak mau cuma karena rokok ibu jadi sakit bu, ibu harus tetap jaga kesehatan ya bu, yasudah aku tidur dulu ya bu, selamat malam bu.” lika terlihat senang sekaligus kecewa dengan jawaban dan dengan kelakuan ibunya sekarang.
”Ibu, kalau boleh jujur, lika rindu ibu yang lama.” batin lika sambil menuju ke kamarnya.
            Hari demi hari berlalu, telah sebulan semenjak Lika meminta handphone Blackberry kepada ibunya. Lika tak kunjung dibelikan bb oleh ibunya. Makin hari kelakuan ibunya semakin kasar, terkadang ia pun tak tahan dengan kelakuan ibunya sekarang. Kerap kali ibu membentak dan memaki lika dan ketiga adiknya, Ayah lika tak berkomentar sepatah katapun. Bahkan ayah lika lebih memilih keluar rumah. Pernah ketika malam hari, lika mendengar suara keributan yang berasal dari kamar orangtuanya. Ketika itu ia tidak bisa tidur, saat ia mendengar suara keributan ia segera keluar dan melihat apa yang tengah terjadi. Tapi niat itu ia urungkan, dikarenakan ia takut ibunya memakinya kembali. Ternyata suara keributan itu tak hanya terdengar sekali. Mulai malam itu sampai seterusnya ia mendengar suara keributan itu. Kerap kali ia mendengar suara seperti orang menangis dan merintih kesakitan. Walaupaun yang ia dengar hanya sebagian kecil, tapi ia dapat memastikan bahwa itu memang suara tangisan dan rintihan yang tak ia sangka berasal dari ibunya sendiri.
            Kerongkongan lika tercekak saat mendengar penjelasan ibu. ”Jadi ibu gak akan membelikan aku bb?” tanyanya  dengan mata terbelak.
”Adikmu kan sedang dirawat di rumah sakit, mana mungkin ibu menelantarkan biaya rumah sakit adikmu sedangkan kamu ibu belikan bb, saat ini adikmu lebih penting!” sahut ibu. Lika menghela nafas. Dia kecewa sekali. Sangat kecewa. Teringat ia akan pembicaaannya dengan teman-temanya di kelas.
”Eh, ka, mana katanya ibumu akan memberikan kamu bb? Sudah sebulan lebih nih.” tanya mita.
”Tau nih ka, ada apa sih sebenarnya? Ibu mu gak mampu belikan kamu bb?” lanjut nisa.
”Aku?” tanyanya linglung.
”iyalah kamu, emangnya kucing” sewot mita.
”Ng... Ibuku pasti akan membelikannya sebentar lagi! Pasti! Aku pulang duluan ya, dah..” sahut lika.
Lamunan lika terenti dan tanpa sadar ia berkata, ”Ibu jahat! Ibu sudah gak sayang lagi sama lika! Ibu sudah janji sama lika waktu itu. Tapi mana? Mana bu? Sampai sekarang ibu gak pernah menepati janji ibu ke lika! Lika tuh malu bu! Malu sama teman-teman lika! Lika benci ibu! Lika mau pergi aja dari sini! Lika benci ibu selamanya! Bruk...!” Lika berlari keluar rumah sambil menangis tersedu-sedu. Ibu mengejar lika sampai tertatih.
Kemudian dari arah jalan raya terdengar ”Ciiiiiiittt...... Brak....” Lika pun tak sadarkan diri. Ibu panik dan segera mencari pertolongan.
            Sesampainya di rumah sakit lika dinyatakan koma oleh dokter. Selama lika sakit, ibu sealu setia menemaninya. Ibu sangat menyesal sering berbuat kasar kepada anak kesayangannya ini.
”Ini salah ibu nak. Karena ibu kamu jadi begini. Ibu tahu ibu salah nak. Maafkan ibu. Hiks.. hiks.. Bangun nak bangun. Ibu janji, jika kamu bangun dan ibu sudah punya uang lebih, ibu akan belikan kamu bb nak. Ibu mohon kamu bangun nak.” Ibu menangis tersedu–sedu tak kuasa melihat anak kesayangannya terbaring lemah tak sadarkan diri di atas kasur mungil nan sederhana itu. Ibu berjanji ketika lika sadarkan diri, ibu akan segera menceritakan apa yang ibu alami. Agar lika dapat mengerti bagaimana kondisi sulit ibu.
            Sudah empat hari lamanya lika tak sadarkan diri. Ibu semakin mengkhawatirkan kondisi lika yang semakin lama semakin lemah. Kini ibu sudah pasrah atas keadaan lika. Semenjak lika terbaring di rumah sakit, Ibu semakin berkerja keras. Pergi pagi pulang langsung ke rumah sakit, pergi pun dari rumah sakit. Sementara ayah lika tak menyadari juga kesalahannya. Adik-adik Lika sangat sedih melihat kakaknya tak sadarkan diri hingga sekarang. Mereka sangat merindukan sosok kakaknya yang teramat baik di mata mereka. Sore itu keluarga lika berkumpul di ruangan dimana lika di rawat.  
Tiba-tiba gadis itu sekuat tenanga berteriak, ”Aaaaaaaaaaaaaaa....... Ibuuuuuu tolong lika buu... Lika terjebak di dalam ruangan ini bu.. sendirian lika takut buu.... Lika gak mau selamanya terjebak disini buu... Lika gak mau kehilangan ibu. Lika rindu ibu. Aaaaaaaaaa.... Ibuu.......” teriakan lika mengagetkan keluarganya yang sedang khusuk berdoa untuk kesembuhannya.
”Lika sadar nak, ibu disini nak, di samping mu, sadar nak sadar, istighfar nak.” kata Ibu sambil memeluk lika. Seketika itu lika pun terjaga, Ia merasa terbebas dari mimpi yang membuatnya ketakutan. Saat itu juga ia merasakan kelembutan dan kehangatan pelukan seorang ibu yang telah lama ia rindukan. Ia pun menangis seketika. Suasana di ruangan itu pun hening sejenak, yang terdengar hanya suara isak tangis dari lika dan ibu.
Suasana hening itu di pecahkan oleh suara lika yang berkata lembut pada ibunya, ”Bu, lika minta maaf bu, lika banyak salah sama ibu, maafkan lika ya bu, hiks.. hiks..”
”Iya lika, ibu sudah memaafkan kamu sayang. Maafkan ibu juga ya lika, ibu belum bisa menuruti keinginan kamu” jawab ibu.
”Lika udah gak perlu bb bu, lika perlu kasih sayang ibu, lika mau ibu yang seperti sekarang ini, lika gak mau ibu yang kasar, lika sayang ibu.” sahut lika
”Ibu begini karena keadaan sayang. Ayah kamu sekarang sudah tidak bekerja. Ibu yang harus menanggung semua biaya sekolah kamu dan adik–adikmu. Belum lagi permintaan–permintaan kamu yang terlalu banyak. Ibu pusing sayang, ibu pusing kalau kamu terus mendesak ibu. Belum lagi ayahmu yang sering memukuli ibu setiap malam, setiap ibu menyarankan ayahmu untuk kembali bekerja. Ibu tak tahu alasan mengapa ayah mu tidak mau bekerja lagi. Ibu tertekan lika, ibu sangat tertekan. Sebenarnya ibu juga tidak ingin menjadi seperti ini, ibu sangat sayang sama kamu dan adik-adikmu lika. Ibu akan melakukan apa saja asalakan kalian senang. Tapi ibu juga tidak bisa terus-menerus didesak seperti itu. Ibu juga punya perasaan lika.” Ibu melanjutkan.
”Maaf ya bu, lika gak bisa jadi yang terbaik selama ini untuk ibu. Lika cuma bisa menyusahkan ibu selama ini. lika sadar bu, lika sadar. Hanya satu hal yang selama ini lika butuhkan, yaitu pelukan seorang ibu. Makasih ya bu. Aku sayang ibu selamanya.”
Sejak saat itu, kelurga lika kembali menjadi keluarga yang harmonis. Bahkan ayah lika telah menyadari semua kesalahannya dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan ternama. Hidup lika dan keluarganya sekarang sangat bahagia. Diantara mereka tidak ada lagi kekerasan, yang ada hanyalah kasih sayang penuh. Sekarang lika pun sadar bahwa pelukan seorang ibu itu lebih penting dari apapun, sekalipun harta segunung. Lika sadar hanya pelukan ibunya lah yang dapat membantu menenangkan lika dalam menghadapi semua kesulitannya. Lika pun berjanji, hanya akan ada satu pelita dalam hidupnya, yaitu ibu.

Kamis, 28 Juni 2012

Penampilan yang Tak Terlupakan


Ini dia nih puisi yang membuat penampilan saya tak terlupakan :

Sahabat

Aku disini menantimu
Mendengar seruan yang mengebu–gebu
Aku bingung melihatmu
Terbaring lemah tak berdaya

Sedih yang aku rasakan
Aku diam seribu bahasa
Tetap menantimu
Menanti keajaiban yang tak pasti

Lelah
Lelah yang kurasa
Tapi aku ingat
Kau yang selalu ada di sisiku

Dalam duka kau bersama
Selalu memelukku
Meskipun dingin membeku
Engkau Bertahan

Detik demi detik berlalu
Tiba–tiba
Terdengarlah bunyi panjang
Bunyi yang memilukan hati

Ajal ...
Batas Waktu Cerita
Semoga kau tak berhenti bicara kawan
Semoga... Sahabat ... oh..
Bahagialah kau disana


Karya : Ratih Dewanti Alawiyah

Sebenarnya sih awalnya sebelum ada tugas membuat puisi dari salah satu guru saya, puisi ini telah ada. Puisi ini bercerita tentang seseorang yang ditinggal pergi sahabatnya. Eits, jangan negatif dulu pikirannya. Arti kata ditinggal di sini itu maksudnya adalah "Pulang ke Rahmatullah". pengalaman pribadi sebenarya. Puisi ini saya ciptakan untuk mengenang sahabat saya yang sudah meninggal. Saya menciptakam puisi ini setahun setelah ia   pergi.

Mengapa puisi ini membuat penampilan saya menjadi penampilan yang terlupakan?

Jawabannya karena saat pengambilan nilai praktek membaca puisi, saya memakai puisi ini untuk dibacakan. Saat saya membacakan puisi ini, saya tahu semua mata tertuju pada saya. Biasanya setiap saya tampil di depan umum, saya selalu gugup dan gemetar. Tetapi, pada saat saya membacakan puisi ini, kegugupan dan ketakutan saya mendadak pergi begitu saja, entah mengapa, saja juga bingung.

Saat nama saya dipanggil oleh guru bahasa Indonesia saya, saya melangkah ke depan kelas dengan langkah pasti. Saya sempat menundukan kepala sejenak di depan kelas untuk berdo'a. Judul pun saya bacakan dengan suara lantang, dan seketika itu juga, semua mata memandang ke arah yang sama, ke arah saya. Saya sempat pesimis dengan penampilan saya saat itu, tapi demi nilai sempurna, saya memberanikan diri untuk memerangi rasa pesimis saya.

Kata demi kata saya bacakan dengan tenang dan juga lantang, tetapi ada yang aneh pada penampilan saya kali ini. ya aneh memang, saya seperti hanyut terbawa oleh suasana haru. Pemandangan disekeliling saja menjadi kabur, seperti tidak ada yang melihat saya. Fokus, mungkin saat itu saya sedang fokus terhadap puisi itu. Khidmat sekali saya membaca puisi itu, semua emosi saya keluar tanpa diperintah. Saya hampir menangis ketika saya membaca bait demi bait puisi ini. karena gugup? Bukan, bukan karena gugup melainkan karena saya teringat akan sahabat saya itu. Teringat akan senyumnya, tawanya, tangisnya, marahnya, semuanya tentangnya. Emosi saya benar-benar meluap. Cara menbaca puisi saya juga berbeda dari biasanya, istlah kerennya "Feelnya dapet banget".

Setelah saya selesai membacakan puisi ini, suasana kelas yang tadinya sunyi mendadak ribut karena tepukan tangan seluruh penghuni kelas. Air mata saya pun akhirnya benar-benar berlinang, di dalam hati saya menycapkan Alhamdulillah. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Saya sedih, tetapi saya juga bangga terhadap diri saya. Semenjak hari itu, kebiasaan saya gugup ketika tampil di depan orang banyak pun hilang. Saya menjadi lebih percaya diri. Entah mengapa, puisi ini sekarang menjadi puisi andalan saya dan saya tidak akan pernah bisa melupakan penampilan saya hari itu.

Penampilan itu penampilan terindah untuk saya, karena penampilan itu juga, saya mendapat nilai sempurna dari guru saya. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan dan semua ini saya persembahkan hanya untuk sahabat saya tercinta. Selamat jalan sahabat ku, semoga kau bahagia di sana. Aku di sini selalu mendo'akan mu :D

Biografi Mohandas Karamchand Gandhi “Mahatma Gandhi”


“Mohandas Karamchan Gandhi” alias “Mahatma Gandhi” lahir di Porbandar, semenanjung Khatiawar, India. Tanggal 2 Oktober 1869. Mahatma Gandhi adalah anak ke-4 dari Tuan Karamchand seorang perdana menteri yang mengabdi pada raja Porbandar dan Nyonya Puitbai, seorang wanita yang shaleh.
          Gandhi bersekolah di Porbandar. Ia merupakan murid yang lemah dalam berhitung dan berteman, selain itu ia juga sangat pemalu. Salah satu kelebihan yang ia miliki adalah ketelitian dan harga diri.
          Pada tahun 1882, Gandhi baru berumur 13 tahun. Pada tahun itu Mahatma Gandhi baru menduduki bangku kelas 2 SMP dan ia pun menikah dengan Kasturbai, seorang gadis cantik yang sebaya dengan Gandhi. Sejak masih kecil, Gandhi adalah penampung setia ajaran hindu, islam, jainisme, dan budhisme.
          Pada tahun 1885, Tuan Karamshand, ayah Gandhi meninggal dunia. Ketika itu Gandhi telah mendapat diploma SMA. Keinginannya melanjutkan kuliah di bidang kedokteran kandas kerena keluarganya tidak menyetujuinya. Akhirnya, sebelum genap sembilan belas tahun Gandhi berlayar ke Inggris untuk melanjutkan pendidikannya di bidang hukum. Ketika itu Kasturbai istrinya, baru melahirkan “Harilal”, anak pertama mereka.
          Pada tahun 1891, tanggal 10 Juni, Gandhi lulus sebagai pengacara lepasan London University. Tanggal 12 Juni 1891 ia meninggalkan Inggris, setelah mendaftarkan diri pada Mahkamah Agung sebagai asisten bagi pengacara yang akan memulai praktek.
          Ketika Gandhi kembali ke India, ia tidak lagi bertemu dengan Ibunya. Pulitbai meninggal ketika Gandhi masih belajar di London. Segera Gandhi membuka kantor prakteknya di Rajkot. Gandhi telah gagal. Gandhi mencoba kembali peruntungannya di kota besar Bombay, tetapi masih tidak berhasil. Selanjutnya Gandhi bekerja pada bidang hukum pada Raja Porbandar. Tak lama kemudian, ia mengabdi bada Raja Porbandar, ia pun mengundurkan diri karena ia merasa dirinya tidak berguna.
          Tahun 1893 Gandhi berlayar ke Afrika. Ia menetap di Johannesburg, sebuah kota besar di Afrika. Sayangnya orang–orang India di Afrika merupakan kaum yang tertindas dan tidak di sukai oleh orang–orang kulit putih di Afrika selatan. Dimanapun orang India berada, mereka akan di tindas semaunya. Sejak saat itu Gandhi mengajukan perlawanan, perlawanan terhadap penindasan orang–orang India yang dilakukan oleh orang–orang Afrika.
          Tujuan Gandhi lebih cenderung memperhatikan perbaikan kemanusiaan daripada perbaikan politik. Sebab baginya tidak ada artinya kedudukan seseorang naik, sedangkan kepribadiannya tidak.
          Orang–orang India di Afrika memang mengalami kekerasan dari ras kulit putih Afrika selatan. Mereka dilarang berdagang, tidak boleh memiliki tanah, tidak diizinkan berjalan di trotoar. Bahkan bisa dibilang hidup mereka tidak aman. Mereka diseret dan ditendang seenaknya.
          Gandhi sempat menjadi korban kekerasan tersebut, bahkan nyawa Gandhi sempat menjadi taruhannya. Tetapi nyawa Gandhi berhasil diselamatkan oleh nyonya Alexander, istri seorang polisi kota.
          Pada tahun 1899, perang Boer dimulai. Perang ini terjadi antara Negara Inggris dan Belanda, tetapi tidak di tanah air mereka, melainkan di Afrika Selatan. Gandhi tidak bisa diam begitu saja. Jiwa kemanusiaannya tergerak untuk membuat pasukan palang merah untuk membantu Inggris. Dia dan seluruh warga Negara India membentuk Palang Merah India dan menyelamatkan korban–korban perang. Perang Boer akhirnya berakhir pada tahun 1902. Harapan Gandhi dari pasukan Palang Merah Indianya yang membantu inggris dapat membuat perlakuan orang Inggris kepada warga negara india dapat berubah, tetapi kenyataanya tidak. Bahan negara Inggris sampai membuat undang–undang anti India pada tahun 1907. Karena alasan itulah Gandhi menetap di Afrika selama 20 tahun.
          Gandi adalah termasuk seseorang yang pribadinya tak tergoyahkan. Apapun yang ia mau lakuakan, harus ia lakukan walaupaun ditentang oleh istrinya sekaliapun. Memang itulah Gandhi, sikapnya, tingkahnya, dan perbuatannya, didasarkan oleh watak yang tak terpikirkan oleh orang lain.
          Tanggal 22 Agustus 1906, di Transvaal diumumkan bahwa orang–orang India yang berumur 8 tahun harus didaftarkan untuk membatu kemiliteran Afrika. Oang India yang tidak mendaftar akan didenda, dipenjarakan, atau diusir dari propinsi. Undang undang itu berlaku mulai tahun 1907. Gandhi menolak untuk mendaftarkan diri, diikuti pengikut–pengikut Gandhi. Kerena mereka semua menolak, mereka semua dipenjarakan.
          Jendral Jan Christian Smuts menjanjikan jika Gandhi mendaftarkan diri, semua orang India akan dibebaskan. Gandhi akhirnya mendaftarkan diri walaupun ia diancam dibunuh oleh Mir Alam, pengikut Gandhi yang tidak setuju.
          Janji Jendral Smuts ternyata memang omong kosong belaka. Jendral Smuts tidak pernah membebaskan orang–orang India. Gandhi tidak pernah menyesalinya. Ia bahkan mensyukirinya sebagai ilham.
          Di dalam penjara ia merencanakan tahtik untuk mengalahkan pemerintahan Afrika. Ketika ia bebas dari penjara, ia pergi ke Inggris untuk meminta bantuan pemerintah Inggris. Raja muda Lord Hardinge, wakil pemerintah India mengutuk peristiwa ini.
          Akhirnya Jendral Smuts mengakui keunggulan Gandhi. Kemenangan bagi India. Pajak dihapuskan, perkawinan Hindu, Parsi, dan agama lainnya disahkan pemerintah.
          Pada awal 1915, Gandhi kembali ke India. Gandhi menerima gelar “Sang Mahatma” dari Rabjndranath Tagure. Mahatma berarti manusia hindu yang sempurna.
          Ketika petani–petani Champaran mendapatkan masalah dari pemerintah Inggris, Gandhi membantu mereka. Gandhi membela petani Champaran sebisanya. Gandhi sempat diusir oleh pemerintah Inggris. Tetapi Gandhi tetap berteguh hati untuk tinggal. Akhirnya Gandhi dapat menyelesaikan persoalan para petani Champaran. Ini menunjukan bahwa kekuasaan apapun dapat ditakhlukkan, asal kita mempunyai keberanian dalam mempertahankan kebenaran. Inilah inti dari Satyagraha, kitab yang selalu dibawa dan dipegang teguh oleh Gandhi.
          Pada tahun 1924, Gandhi menyadari semangat rakyat sudah kendur. Tokoh–tokoh India telah berkerjasama dengan pemerintah. Gandhi tidak ingin memaksakan kehendak mereka.
          Pada bulan Agustus 1931, Gandhi berlayar ke London. Bersama dengan orang India lainnya, ia akan menghadiri konverensi meja bundar untuk menentukan nasib masyarakat India. Gandhi bertindak sebagai wakil tunggal kongres. Banyak yang mengagumi Gandhi, bahkan sampai ada yang menganggapnya Tuhan, tetapi Gandhi tetap mengaku sebagai orang biasa. Nasib KMB di London  tidak membuahkan hasil. Gandhi masih gagal untuk membebaskan India dari Inggris.
          Seminggu setelah kepulangannya dari London. Gandhi ditangkap dan dipenjarakan atas tuduhan memberikan perlawanan terhadap pemerintah Inggris. Di dalam penjara justru Gandhi teringat dengan penderitaan kaum Harijan. Bentuk kepedulian Gandhi terhadap kaum Harijan dilakukan dengan cara berpuasa tanpa makan, minum, dan berbuka. Semua orang mengkhawatirkan keadaan Gandhi. Puasa Gandhi berhasil. Benteng kekolotan Hindu telah didobrak oleh puasa kasih sayang Gandhi. Kaum Harijan pun bebas dari penindasan.
          Bualn Februari 1944 Kasturbai, istri Gandhi meninggal dunia. Hal ini membuat Gandhi kehilangan semangat. Pada tanggal 19 Januari 1948, gandhi berpuasa untuk kesatuan Hindu dan Islam di India. Tanggal 18 Januari Islam dan hindu di India berdamai. Gandhi berhasil kembali dengan puasa kasih sayangnya. Akan tetapi, pada tanggal 30 Januari 1948, Gandhi meninggal dunia karena di tembak oleh seorang hindu yang fanatik ketia ia sedang meminpin upacara keagamaan. Gandhi telah berpulang. Warisan yang di tinggalkannya adalah kebajikan, kebenaran, dan cinta kasih.

Ich Liebe Meine Familie

Mein name ist ratih. Ich bin 18 jahre alt.Ich komme aus Java.Ich wohne in depok. Meine hobby ist lesen, schreiben, und rollen spiel. Ich liebe gern Brathanchen. Ich habe zwei buder, sie sind Jodi und Aryo, er ist schuler. Meine mutter heisst Heny, sie ist hausfrau. Meine vater heisst Hery, er ist privatunternehmer (Angestellte) in gunanusa. Ich liebe meine familie.

Sepenggal Kisah Masa Lalu (Puisi)

Bintang bersinar terang,

Bulan tak segan menampakan wajahnya,

Malam ini, malam yang cerah,

Yaa.. cerah, cerah memang,

Tapi tak secerah hatiku,


Kisahku, kisah masa laluku,

Kau tahu kawan?

Ya tahu, pasti kau tahu!

Kisahku, kisah masa laluku,

Kisah indah memilukan,


Malam ini, bintang dan bulan diam,

Seakan tak ingin berbicara dengan ku,

Mereka hanya diam, ya diam!

Diam seribu bahasa, menatapku gelisah,


Kisah ku, oh kisah ku...

Aku pun diam,

Diam dalam malam yang mencekam,

Diam dalam malam yang indah namun memilukan,


Aku bertanya pada bulan,

Kapan kisah ini berakhir

Kapan kisah ini berakhir dalam pikiran ku?

Kapan kisah ini pergi membawa semua kenangan indahnya?


Bulan tak menjawab,

Malam makin mencekam,

Diiringi nyanyian jangkrik nan pilu,

Nyanyian yang seakan memanggil nama ku,

Yaa, nama ku!


Kini ku bertanya pada bintang,

Bintang, kau bisa melihatnya disana?

Kau bisa merasakan rasa bahagianya?

Kau bisa melihat senyum indah di wajahnya?


Bintang tak menjawab,

Malam semakin senyap, sesenyap hatiku,

Gemericik air berbisik, seakan menjawab pertanyaan ku,

Yaa, pertanyaan ku untuk bintang,

Jaga dia baik-baik bintang,


Seketika bulan dan bintang pergi,

pergi meninggalkan ku sendiri,

Hujan datang tanpa permisi,

Angin menari-nari gembira kesana-kemari,


Aku? Ya aku!

Aku dan kisah masa lalu ku,

Saling tatap dan memberi senyum,

"Lelah hati ini",

Aku sebagai seorang wanita ingin dimengerti,

Kini aku sadar, 

Kita memang tak ditakdirkan untuk bersama,

Kita memang tak ditakdirkan untuk bersatu.


Selasa, 26 Juni 2012

Khasiat Buah Pisang


Selama ini kita hanya makan pisang saja tanpa mengetahui khasit buah pisang itu sendiri. Setelah saya mengumpulkan beberapa data, ternyata buah pisang mempunyai beberapa manfaat, seperti :

1. Sumber Tenaga
Pisang dapat dicerna dengan mudah, sehingga gula yang terdapat didalamnya akan diubah menjadi sumber tenaga yang baik untuk pembentukan tubuh, kerja otot dan juga sangat bagus untuk menghilangkan lelah.

2. Ibu Hamil
Wanita yang tengah hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi pisang, karena mengandung asam folat tinggi yang penting bagi kesempurnaan janin, pembentukan sel-sel baru dan mencegah terjadi cacat bawaan.

Sebuah pisang matang, akan mengandung sekitar 85-100 kalori. Sehingga dengan memakan dua pisang segar, kebutuhan asam folat yang sekitar 58 mikrogram dapat terpenuhi. Di samping itu pisang akan membantu menjaga kadar gula darah yang dapat mengurangi morning sick, sehingga pisang sangat baik untuk cemilan ibu hamil.

3. Penderita Anemia
Kandungan zat besi yang cukup tinggi pada pisang, dapat menstimulasi produksi hemoglobin dalam darah bagi penderita anemia. Dua buah pisang sehari, sangat baik untuk penderita anemia.

4. Penderita Sakit Maag
Sebagai buah yang dapat dikonsumsi langsung, pisang tak membuat iritasi atau kerusakan usus bagi penderita maag. Buah ini sering digunakan untuk melawan penyakit usus, sebab teksturnya lembut.

Pisang juga dapat menetralkan kelebihan asam lambung dan melapisi perut sehingga mampu mengurangi iritasi. Bagi yang mengalami penyakit usus atau kolik akibat asam lambung, Anda dapat mengkonsumsinya dengan di campur pada segelas susu cair.

5. Penderita Penyakit Lever
Bagi penderita lever, dua buah pisang sehari dengan tambahan satu sendok madu, akan baik untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan kuat.

6. Penderita Luka Bakar
Khusus untuk penderita luka bakar, Anda dapat menggunakan daun pisang sebagai pengobatan. Caranya, kulit yang terbakar dioles dengan campuran abu daun pisang dan minyak kelapa. Campuran ini mampu mendinginkan kulit yang terbakar.

7. Yang Mengalami Stress
Pisang mengandung potasium, yaitu mineral vital yang membantu menormalkan detak jantung, mengirim oksigen ke otak dan mengatur keseimbangan kadar air dalam tubuh. Ketika mengalami stress, metabolisme tubuh akan meningkat drastis sehingga mengurangi kadar potasium tubuh. Dengan pisang, potasium dalam tubuh kadarnya akan seimbang.

8. Penderita Stroke
Berdasarkan riset The New England Journal of Medicine, mengkonsumsi pisang setiap hari akan menurunkan resiko kematian akibat stroke hingga 40%.

9. Mengontrol Temperatur
Di beberapa negara, pisang dipandang sebagai makanan pendingin yang dapat menurunkan temperatur fisik dan emosional ibu hamil. Di Thailand contohnya, ibu hamil mengkonsumsi pisang untuk memastikan bayi lahir dengan temperatur sejuk.

10. Meningkatkan Kekuatan Otak
Di sebuah sekolah Inggris, 200 pelajar mampu menyelesaikan ujian akhir hanya dengan sarapan pisang. Mereka juga kerap mengkonsumsi pisang saat jam istirahat serta makan siang, sebab pisang mampu meningkatkan kekuatan otak

nah, setelah membaca beberapa manfaat buah pisang diatas, tentu kalian sudah mengetahui apa saja manfaat buah pisang. Mulai sekarang, cobalah untuk mengkonsumsi buat pisang lebih banyak, tapi ingat, untuk penderita penyakit maag, disarankan untuk tidak mengkonsumsi pisang ambon, kerena pisang ambon dapat meningkatkan gas dan asam lambung.

Semoga tulisan saya kali ini dapat bermanfaat untuk kalian semua. Salam hidup sehat. Keep reading and enjoy this page :D

Dua Sahabat Melawan Dunia (skrip drama)


Tema                    : Perjuangan

Tokoh                   : Rudy (baik hati, jenius dan penuh semangat)
                                Hanifan (lugu, bersemangat tinggi, rendah hati)
                                Kani (tinggi hati, jail)
                                Niken (baik dan penyayang)
                                Nadine (ramah dan suka menolong)
                                Pak kades (jujur dan baik hati)
                                Bu kades (materalistik dan penyayang)
                                Fatna (cerdas)
                                Aldy (selengekan, malas, dan sombong)
                                Bude (baik hati dan penyayang)
                                Dosen (berwibawa)
                                Kepala sekolah (tegas)
                                Nefita (anggun)
                                Pak guru (peduli)
                                Nci (polos dan baik hati)
                                Alam (polos)
                                Regina (cuek)
                                Meta (lembut)
                                Diana (cuek)
                                Henni (jutek)

Latar                     : rumah hanifan, kantor kepala desa, gubuk, ruangan kelas, ruangan dosen, ruang guru, rumah bude, podium, warung makan, sekolah, papan pengumuman, balai desa.

Setting                  : pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari

Sudut Pandang   : orang pertama

Amanat                 : kesuksesan di mulai dari mimpi, mimpi dibangun oleh keyakinan dan keberusahaan, berusahalah dan yakin kalian mampu mewujudkan sesuatu yang kalian pikir tak dapat di capai, padahal kalian bisa untuk mencapainya, mimpi tidak hanya sebatas ujung dunia, tetapi mimpi tumbuh tidak ada batasnya.

Alur                       : Campuran

Balai Desa Wonosobo sedang dipadati warga desa. Di sana sedang diadakan acara seminar, sekaligus pembukaan lapangan kerja baru dan peresmian Sekolah gratis untuk para warga desa Wonosobo.

Rudy               : Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Para warga desa Wonosobo yang saya cintai, berkat Allah SWT.     Saya dan teman saya Hanifan dapat berdiri disini untuk meresmikan pembukaan lapangan kerja dan sekolah gratis bagi warga desa ini
 Hanifan          : Ya benar, hanya karena atas kehendak – Nya lah Kami dapat sesukses    sekarang ini, mengingat 10 tahun yang lalu kami bukanlah apa-apa di desa ini, kami hanya 2 orang anak laki laki yang mempunyai impian dan tujuan yang sama.

(10 tahun yang lalu) (flash back)

Di gubuk sebelah kebun, Ifan dan Rudy sedang asik memandangi langit sambil berangan-angan tentang impian mereka.

Rudy               : Fan, percoyo ora? Kapan-kapan aku dadi wong sukses?
Hanifan           : Halah.. paling-paliang yo garap sawah nang kene!
Rudy               : Awak mu iku ngeremaeh no aku! Aku janji, kapan-kapan aku pasti dadi wong sukses! Tak buktino!
Hanifan           : Walah-walah dy, lek awak mu sukses ngajah aku yo? Aku lak koncomu.
Rudy               : (sambil tersenyum)
                        Kamuiki, tadi ngejek aku toh? Sekarang aja kamu mau ikutan! Payah kamu fan!
Hanifan           : Awak mu medit! Wong aku iki juga punya cita-cita toh? Dy, banu aku yo? Kita sama-sama berjuang dadi wong sukses, mau toh? mau toh?
Rudy               : yo jelas aku iki mau. Tapi fan, kalau awak mu iku mau dadi wong sukses, singkirno wae fan, sifat burukmu iku!
Hanifan           : Walah dy... Aku iki sudah begini dari dulu toh?  Cepat gugup kalau dihadapan wong banyak. Aku iki punya kekurangan dy. Kamu enak toh? Kamu iku pintar. Otak mu iku loh, bok yo bagi-bagi toh sing aku iki. Aku toh juga mau dy.
Rudy               : Heh, fan, dengar aku yo, aku janji sama awak mu iku, aku akan buat awak iki sukses. Aku akan membuang kebiasaan burukmu iku. Aku yakin awak iki iso!
Hanifan           : bener yo dy? Kamu mau bantu aku?
Rudy               : iyo, aku janji!
Hanifan           : oke, janji yo kita berdua (sambil meraihkan tangan ke arah rudy)
Rudy               : (meraih tangan ifan)
                        Nanti kalau aku sudah jadi wong sukses, deso iki akan ku bangun lapangan kerja toh fan, supaya worgo deso wonosobo iki tak dadi wong susah lagi.
Hanifan           : Wah, kalau aku sih mau bangun sekolah gratis untuk anak-anak di sini. Supoyo mereka iso sukses, punya pengetahuan, dan ora dibotei sama wong kota sana!
Rudy               : awak iki akan mewuudkan iku bersama
Hanifan           : pasti (sambil tersenyum lebar)
                        Dy, sudah sore iki, aku sing pulang dulu yo, nanti mbak yu ku marah
                        Assalamu’alaikum
Rudy               : Wa’alaikumsalam
                        Hati-hati yo fan
Rudy kembali melanjutkan menatap langit sambil tersenyum membayangkan kesuksean ia dan ifan nantinya

Di Rumah Ifan

Hanifan           : (Mengetuk Pintu)
Tok.. tok.. tok.. Assalamu’alaikum
                        Mbak.... mbak...
                        Ifan pulang mbak, bukain pintunya, mbak..
                        Assalamu’alaikum
Niken              : Wa’alaikumsalam..
                        Ya tunggu sebentar... (berjalan menuju pintu rumah)
Darimana saja kamu jam segini baru pulang? (dengan nada cemas)
Hanifan           : emm... anu mbak, saya tadi main sama Rudy di gubuk sebelah kebun
Niken              : Kenapa lama toh lek? Mbak iki khawatir sama kamu
Hanifan           : Tadi kami asyik menatap langit sambil berangan-angan tentang impian kami (sambil membayangkannya kembali)
Niken              : Impian kalian? (kebingungan)
Hanifan           : Iya mbak, impian kami menjadi orang sukses
                        (tersenyum-senyum sendiri)
                        Mbak tau nda apa impianku? (dengan nada penuh semangat)
Niken              : Bukan mengenai hal yang aneh kan?
Hanifan           : Bukan toh mbak.
                        Aku cuma mau membangun sekolah gratis untuk anak-anak disini
Niken              : Ada-ada saja kamu iku fan
                        (sambil menggeleng-gelengkan kepalanya)
Hanifan           : memangnya kenapa toh mbak?
Niken              : Kita ini orang susah, sudah tidak punya orang tua lagi, tidak ada yang membiayai hidup kita, makan aja susah, gimana mau bangun sekolah? Jangan berangan-angan terlalu tinggi dek, nanti kamu sendiri yang susah.
Hanifan           : Tapi mbak, aku dan Rudy sudah berjanji untuk meraih impian itu bersama.
Niken              : Dengar kata-kata mbak fan, bukannya mbak mau menjatuhkan kamu, kamu masih ingat kebiasaan buruk kamu dari kecil toh fan? Cepat gugup dan cepat lupa dalam menagkap hal apapun? Gimana kamu mau jadi orang sukses? Sudahlah fan, bantu mbak saja jualan kue di pasar untuk cari makan, toh jualan kue kan lebih pasti daripada kamu cuma berangan-angan kosong seperti itu.
Hanifan           : Tapi mbak, Rudy sudah janji kok sama aku, dia mau bantu aku untuk menghilangkan kekurangan ku itu mbak
                        (bersih keras dengan cita-citanya)
                        Percaya deh mbak sama aku, aku bisa kok, aku mau sukses mbak, aku mau menbahagiakan mbak yang telah merawat aku dengan tulus selama bapak sama ibu telah berpulang.
Niken              : Sudahlah, tidak usah di perpanjang, lebih baik kamu pergi mandi, mbak sudah masak nasi sama ikan asin untuk makan malam, nanti sehabis kamu mandi kita makan sama-sama.
Hanifan           : (pasrah)
                        Iya mbak (sambil menuju ke kamar mandi)

Keesokan Paginya Di Kantor Pak Kepala Desa ada kabar dari pemerintah pusat tentang pencarian siswa berbakat di desa untuk melanjutkan pendidikan yang akan di biayai oleh pemerintah pusat.
Di ruangan pak Kades, Pak kades sedang duduk samtai sambil melihat laporan kesehatan tahunan warga desa, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Fatna              : Tok.. tok.. tok..
                        Assalamu’alaikum Pak Kades
                        Bolehkah saya masuk pak?
Pak Kades     : Wa’alaikumsalam. Silahkan masuk
Fatna              : Saya membawa kabar dari pemerintah pusat pak
                        (sambil menyerahkan amplop coklat kepad apak kades)
Pak Kades     : Berita dari pemerintah pusat?
Fatna              : iya pak, di sampul depan itu diberitahukan tentang beasiswa murid berprestasi, silahkan bapak baca sendiri.
Pak Kades     : Baiklah, tunggu sebentar
                        (sambil membuka amplop tersebut dan kemudian membacanya)
Fatna              : (beberapa menit kemudian)
                        Bagaimana pak? Ada berita apa?
Pak Kades     : Jadi begini, pemerintah pusat meminta 3 orang anak yang berprestasi di desa ini di kirim ke Jakarta untuk menerima pendidikan gratis dari pemerintah pusat.
Fatna              : lalu apa yang akan bapak lakukan? Di desa kita saja tidak ada sekolah, bagaimana cara kita menentukan murid berprestasi dari sekolah ini?
Pak Kades     : Saya juga berpikir seperti itu ketika saya membaca surat ini. Kita tidak mungkin mengabaikan perintah ini. Pemerintah menetapkan paling lambat 3 minggu lagi data sudah di berikan kepada pemrintah pusat. Minggu berikutnya pemerintah pusat ingin anak-anak itu sudah berada di Jakarta dan siap untuk bersekolah di Sekolah Menengah Atas 98 Jakarta.
            Tiba-tiba terdengan ketukan pintu untuk ke dua kalianya
Nadine            : Tok... tok... tok..
                        Selamat pagi!
Pak Kades     : Ya, Silahkan masuk...
Nadine            : Selamat pagi Pak
Pak Kades     : Selamat pagi, ada keperluan apa ya mbak?
Nadine            : Saya mahasiswa dari Universitas Indonesia yang telah membuat janji pada bapak kemarin lewat telepon.
Pak Kades     : Oh.. kamu..
                        Mari silahkan duduk
Fatna              : Maaf pak mengganggu, apa sebaiknya saya keluar saja?
Pak Kades     : tidak, sebaiknya kamu duduk di samping mbak... siapa namanya mbak?
Nadine            : Nadine pak
Pak Kades     : ya di samping mbak Nadine untuk mendampingi saya
Fatna              : Baik pak (sambil duduk)
Pak Kades     : baik, apa maksud kedatangan mbak Nadine kemari?
Nadine            : maksud kedatangan saya kemari adalah ingin meminta izin kepada bapak untuk mengadakan penelitian tentang pendidikan dan cara belajar anak-anak di desa Wonosobo ini untuk data penulisan skripsi saya. Apakah bapak mengizinkan saya untuk tinggal beberapa minggu di desa ini atas keperluan tersebut?
Pak Kades     : Boleh saja, tapi ada sedikit masalah mbak
Nadine            : masalah? Masalah apa ya pak kalau saya boleh tahu?
Pak Kades     : Semua anak disini tidak bersekolah mbak, disini hanya ada perpustakaan keliling yang biasa keliling, itu juga hanya sebulan sekali. Ada dua anak yang saya perhatikan sering belajar bersama di gubuk sebelah kebun desa. Namanya Ifan dan Rudy. Tetapi tetap saya bereka tidak pernah bersekolah sebelumnya.
Fatna              : Pak, Mbak, saya punya usul yang bisa menguntungkan kita bersama.
Pak Kades     : Usul?
Nadine            : Usul apa bu? Siapa tahu dapat membantu?
Fatna              : Pemerintah pusatkan sedang ada program pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi di desa ini dan pemerintah pusat menginginkan dalam kurun waktu 3 minggu kedepan, data tentang anak-anak berprestasi tersebut harus di kirimkan. Nah, mbak ini juga  sedang ingin meneliti cara belajar anak-anak di desa ini kan? Saran saya mengapa bapak dan mbak tidak berkerja sama membuat program belajar gratis selama 3 minggu, dan mbak ini yang akan jadi guru sukarelawannya, bagaimana pak? Mbak?
Pak Kades     : ide bagus bu, saya setuju dengan ide ibu, bagaimana dengan mbak?
Nadine            : jadi maksud ibu dan bapak bagaimana? Jujur saya masih bingung pak, bu.
Fatna              : jadi begini mbak, pak kades akan memberitahukan program pemberian beasiswa ini kepada seluruh warga desa. Sementara itu, pak kades juga akan membuka program belajar gratis selama 3 minggu sebelum seleksi penerimaan beasiswa tersebut dimulai. Mbak akan jadi guru sukarelawan program tersebut. Sambil mengajar, mbak bisa meneliti dengan bebas untuk keperluan skripsi mbak, bagaimana?
Nadine            : oh, jadi begitu pak, bu, baiklah, saya mau menjadi guru sukarelawan disini.
Pak Kades     : baiklah kalau begitu, mbak mulai minggu depan sudah bisa mengajar di desa ini menggunakan fasilitas gubuk desa di samping kebun. Untuk masalah tempat menginap mbak, saya akan minta izin kepada mbak Niken salah satu warga disini agar memberikan tumpangan sementara untuk mbak.
Nadine            : Makasih Pak, bu, saya sangat senang dengan kerjasama ini. Kalau begitu saya keluar dulu untuk berkeliling desa ini pak.
Pak Kades     : iya mbak. Silahkan. Bu Fatna, tolong antarkan Mbak Nadine ini menemui Mbak Niken terlebih dahulu ya.
Fatna              : Baik pak, mari mbak silahkan!

            Sesampainya di rumah Hanifan, Niken sedang menyapu di teras depan rumahnya
Fatna              : Assalamu’alaikum
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Eh, bu Fatna, tumben mampir kemari, ada apa ya bu?
Fatna              : Gini toh mbak niken, pemerintah pusat sedang mencari siswa berbakat untuk menerima beasiswa ke Jakarta
Niken              : Basiswa? Mbak yang disamping ibu itu siapa? (menunjuk ke arah nadine)
Fatna              : kenelakan mbak Niken ini Mbak Nadine guru sukarelawan yang datang dari jakarta. Mbak Nadine ini Mbak Niken pemilik rumah ini.
Niken              : Niken (sambil mengulurkan angan ke arah nadine)
Nadine            : Saya Nadine (menjabat tangan Niken)
Niken              : lalu tujuan ibu dan Mbak Niken kemari?
Fatna              : gini loh mbak Niken, mbak Nadine selama menjadi guru sukarelawan akan menumpang di rumah mbak Niken, apakah mbak Niken keberatan?
Niken              : Oh, begitu toh, silahkan saja jika mbak Nadine ingin tinggal di sini untuk sementara waktu. Tapi, rumah ini sangat sederhana, tidak ada barang-barang istimewa, makan pun hanya sederhana.
Nadine            : tidak apa kok mbak, justru saya sangat berterimakasih kepada mbak sudah mau menerima saya di rumah mbak untuk sementara waktu. Ngomong-ngomong mbak tinggal sendiri?
Niken              : oh, nda kok mbak, saya tinggal bersama adik laki-laki saya, namanya Ifan. Ayo monggo mbak masuk, akan saya tunjukan kamar untuk mbak.
Nadine            : iya, terimakasih mbak
Fatna              : maaf mbak Niken lebih baik saya kembali ke kantor sekarang, saya permisi dulu mbak, Assalamu’alaikum.
Niken              : oh, iya bu, Wa’alaikumsalam.

            Berita tentang pencarian siswa berprestasi dan di bukanya sekolah gratis telah tersebar ke seluruh penjuru desa. Tetapi tak ada seorangpun anak yang berminat untuk mengikuti pencarian dan pembelajaran gratis itu, yang ada malah mereka mencampakannya kecuali Rudy dan Ifan.

(papan pengumuman di padati oleh anak-anak desa)
Aldy                 : (sambil melihat ke papan pengumuman)
                        Yah, buat apa ikut program seprti ini? Ga penting banget sih
Kani                : Aku tidak perlu ikut program seperti ini, pasti aku lolos seleksi, lihat saja nanti. Tak buktino!
Aldy                 : tak usahlah kamu pergi ke Jakarta sana. Di sini saja toh, temani aku. Nanti kita nikah, aku kan orang kaya. Tak perlu yang namanya sekolah itu.
Kani                : kamu iki dy, ngaco betul kalau nyomong, nda mau aku nikah sama kamu, nanti aku nda punya masa depan. Kamu kam elek.
Aldy                 : jangan begitulah, aku iku orang ternama tau
Kani                : nda peduli aku, pokoke aku iku nda mau. Mendingan aku iku nikah sama lembu daripada nikah sama kamu.
Aldy                 : Jahatnya awakmu iku
(tak lama kemudian Rudy dan Ifan datang. Saat mereka melihat keramaian di papan pengumuman, mereka langsung menghampirinya).
Rudy               : fan, fan, fan, lihat itu nah, ada opo yo rame-rame begitu disana?
Hanifan           : tak tahu aku dy, yo weis kita lihat saja kesana
Rudy               : ayo fan
Hanifan           : (menerobos masuk di antara kumpulan anak-anak desa)
Aldy                 : teman-teman kita pergi saja yuk, nda penting bangrt pengumuman iki. Mending kita main di ladang
(anak-anak desa pun bubbar dan mengikuti kemana aldy pergi, kecuali kani yang masih bimbang dengan keputusan nya)
Hanifan           : loh? Loh? Kenapa pada bubar toh? Aku iku baru saja datang.
Aldy                 : ah, nda penting fan, ikut main saja yuk1
Rudy               : jangan fan, kita lihat dulu pengumuman ini
Hanifan           : Maaf ya dy, aku tidak iso ikut main
Aldy                 : payah awak mu iku fan!
Rudy               : Kan, ono pengumuman opo sih? Ramai betul
Kani                : Baca saja sendiri!
Hanifan           : kau ini jadi gadis galak betul
Kani                : nda urus!
Rudy               : sudahlah fan, nda usah di ladeni, ayo kita baca
Hanifan           : iyo dy
(setelah membaca pengumuman tersebut)
Hanifan           : dy, kesempatan emas ya toh buat kita untuk meraih impian kita?
Rudy               : iyo fan, benar, ayo kita pulang untuk mempersiapkan alat-alat belajar besok.
Hanifan           : Ayo dy, aku juga sudah nda sabar untuk memberitahukan hal ini kepada mbak yu ku.
Rudy               : kita berpisah disini saja yo fan?
Hanifan           : Njeh dy, Assalamu’alaikum
Rudy               : Wa’alaikum salam


Di Rumah Hanifan

Hanifan           : Assalamu’alaikum ...
(niken yang sedang berbincang-bincang dengan nadine kaget mendengar suara hanifan yang sangat keras dan mengagetkan)
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Ya ampun fan, kaget mbak yu iku, bok ya kalau salam pelan-pelan toh, nda usah teriak-teriak begitu.
Hanifan           : Maaf mbak yu, aku iku sedang terbawa suasana, aku iku sedang senang sekali. Loh mbak yu, iku siapa toh mbak? Awak ku ono pernah lihat mbak iki di deso iki.
Niken              : oh iya fan, hampir lupah toh mbak yu, iki jenenge mbak Nadine dari Jakarta. Mbak Nadine ini ifan Adik saya.
Nadine            : oh, ini yang namanya ifan, salam kenal ya fan, Saya Nadine mahasiswa dari Jakarta yang sedang mengadakan penelitian disini.
Hanifan           : njeh mbah, saya Ifan, adiknya mbak yu.
Niken              : fan, duduk dulu sini, aku mau bicara
Hanifan           : iya mbak (sambil menghampiri niken dan duduk)
Niken              : fan, kamu sudah dengar tentang pemilihan siswa berpestasi itu dan program belajar gratis selama 2 minggu?
Hanifan           : iya mbak sudah, justru aku senang yo gara gra iku toh mbak yu
Niken              : nah, mbak Nadine ini yang akan mengajar kamu nanti, dia akan tinggal disini selama mengajar di desa ini, mbak juga sudah memberi tahu tentang kekuranganmu kepada Mbak Nadine ini.
Hanifan           : oalah mbak yu, aku jadi malu toh mbak, mbak ini gimana toh?
Nadine            : tidak usah malu fan, saya ngerti kok kadaan kamu sekarang. Semua orang kan mempunyai kemampuan yang berbeda. Tapi saya yakin, kamu pasti bisa ke Jakarta.
Hanifan           : oalah mbak, tak usah memberi harapan lebih ke saya, saya takut nda bisa pergi ke Jakarta, nanti saya malah kecewa mbak.
Nadine            : jangan menyerah sebelum berperang fan! Maju terus ya! Saya mendukung kamu.
Hanifan           : makasih ya mbak semangatnya
                        Mbak niken, mbak nadine aku permisi ke kamar dulu ya
N&N                : iya fan.

Keesokan harinya program belajar gratis itu sudah di mulai, tetapi gubuk desa hanya di penuhi oleh Nadine, Ifan, Rudy dan Kani.
Nadine            : selamat pagi anak-anak. Saya Nadine, kalian memanggil saya dengan sebutan kak Nadine saja ya. Ohya? Kalian hanya bertiga? Teman-teman kalian mana?
Kani                : mereka tidak mau belajar kak, mereka malah memilih untuk bermain daripada belajar di gubuk ini, pertamanya saja juga malas untuk pergi kesini. Tapi orang tua saya memaksa saya untuk pergi belajar kesini.
Nadine            : yasudah, bertiga saja sudh cukup. Ayo kita mulai belajar. Hari ini kita belajar Matematika ya?
K, R, & I          : Iya kak....

            Sudah satu minggu mereka belajar rutin seperti itu. Ifan dan Rudy datang setiap hari untuk belajar, sedangkan Kani yang memang tidak niat mengikuti program itu datang hanya 2 hari sekali. Hanifan belum ada perkembangan, setiap ia di suruh maju untuk mengerjakan soal iya masih gugup dan akirnya tidak dapat menyelesaikan soal tersebut. Sedangkan rudy, karena sudah pada dasarnya ia adalah seorang anak yang cerdas, ia dapat mengikuti seua program pembelajaran dengan baik bahkan ia hampir mendapat nilai sempurna pada setiap pelajaran yang di ujikan. (sambil menyorot suasana kelas tanpa dialog)

Nadine            : sudah 1 minggu kita belajar intensiv seperti ini. Tetapi saya hanya melihat perkembangan pesat yang terjadi pada Rudy. Untuk ifan kakak mohon kamu harus secepatnya menghilangkan rasa gugup mu itu, kamu belajar dengan rudy bagaimana ia dapat mengerjakan soal-soal itu tanpa ada rasa gugup sama sekali. Untuk Kani, sebenarnya kamu cerdas, tetapi kamu kurang rajin sehingga perkembangan otak cerdas mu itu terhambat akibat kemalasanmu itu, saya harap seminggu kedepan kamu haru s lebih sering mengikuti program belajar ini sebelum mengikuti seleksi.
Kani                : wong aku ikut program iki karena perintah orangtua ku, jika bukan karena permintaan mereka aku tidak akan pernah mau mengikuti program ini.
Nadine            : tidak mingkin, saya dapat melihat kebohongan dalam mata mu
Kani                : ah, nda urus aku! Mendingan aku pulang toh, daripada disini dituduh yang macam-macam. (dengan muka kesal ia berlari meninggalkan gubuk itu tanpa mengucapkan salam sedikit pun)
Nadine            : kani!! Tunggu....
Rudy               : sudahlah kak, biarkan saja, sifatnya memang seperti itu, jika ia semakin di kekang atau di perintah, ia akan semakin menjadi.
Hanifan           : iya kak, biarkan saja, nanti dia juga kembali seperti biasa.
Nadine            : yasudahlah. Kalau begitu kita pulang saja. Selamat siang adik-adik.
R & I                : siang kak

            Setelah Nadine pulang, Ifan dan Rudy melakukan kebiasaannya setiap sore, yaitu menatap langit.

Hanifan           : Dy, ujian seleksi tinggal satu minggu lagi. Awakmu iku dengar kan opo sing di ucapken sama kak Nadine tadi?
Rudy               : iya fan, aku dengar, sebenarnya aku punya terapi untuk menghilangkan kegugupan mu itu.
Hanifan           : iya tah dy? Bagaimana caranya?
Rudy               : ayo ikut aku
Hanifan           : kemana?
Rudy               : ke podium di kantor kepala desa
Hanifan           : loh? Mau apa kita kesana dy?
Rudy               : sudahlah, ayo ikut saja
Hanifan           : tapi janga macam-macam ya dy?
Rudy               : ya nda lah, kita kan mau berangan-angan seandainya kita nanti jadi sukses, sekaligus untuk terapi menghilangkan kegugupan.

            Sesampainya di podium kantor kepala desa
Rudy               : sudah sampai, mari kita mulai fan
Hanifan           : mulai? Mulai apa?
Rudy               : kita mulai terapinya, kamu belajar pidatoi di atas podium ini fan.
Hanifan           : hah? Apa kau ini bercanda? Aku nda iso pidato di atas podium ini dy, yang ada aku malah pingsan karena saking gugupnya.
Rudy               : oalah fan, mencoba nda ada salahnya toh?
Hanifan           : Iya sih, tapi....
Rudy               : nda ada tapi-tapian, ayo naik ke podium dan mulai berpidato!
Hanifan           : (dengan muka pucat, iya terpaksa mengikuti kemauan sahabatnya itu)
                        Dy, kamu serius? (saat iya naik mukanya semakin pucat dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya)
                        Dy?
                        (saat sampai di atas podium seluruh badannya bergetar dan ia pun jatuh pingsan)

Akirnya hanifan pun di rangkul menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah ifan warga langsung membawa ifan ke kamar.

Niken              : ono opo toh ini dy? Ifan kok pingsan?
Rudy               : anu kak.. tadi...
Niken              : tadi opo toh lek?
Rudy               : maaf ya mbak yu, tadi ifan tak suruh berpidato di podium kantor kepala desa.
Niken              : oalah lek.. lek..
                        Kamu tau ifan itu gugupan toh dy?
                        Pantas saja dia pingsan, lek.. lek..
Rudy               : maaf mbak yu, kita tadi Cuma belajar pidato untuk menghilangkan kegugupan ifan.
Niken              : yo weis lah lek, kamu mau langsung pulang atau menunggu ifan sampai sadar?
Rudy               : aku tunggu di sini saja sampai ifan sadar mbak
Niken              : tunggu di kamar ifan saja sana, mbak  tinggal dulu ya dy
Rudy               : iya mbak

            Rudy sangat khawatir pada ifan, ia sangat merasa bersalah pada ifan. Ia takut ifan marak kepadanya.  Akibatnya ia melamun saat menunggu ifan, sampai- sampai ia tak menyadari bahwa ifan telah sadar dari peingsannya.

Hanifan           : dy, kamu masih disini?
Rudy               : (tetap melamun dengan wajah khawatir)
Hanifan           : dy.. kamu melamun ya? Dy..
Rudy               : (sadar dari lamunan nya)
                        Loh? Fan? Kamu sudah sadar? Sejak kapan?
Hanifan           : baru saja kok dy. Kamu melamun ya tadi?
Rudy               : iya fan, aku tadi melamun karena khawatir, aku takut kamu marah. Gara gara aku nyuruh kamu berpidato di podium tadi kamu jadi pingsan begini. Maaf ya fan.
Hanfan            : santai saja dy, aku nda kenapa kenapa kok.
                        Aku malah berterimakasih sama kamu dy, besok ajak aku ke sana lagi ya? Aku benar benar ingin menghilangkan kegugupan ku ini dy. Ini semua untuk masa depan ku. Aku ingin sukses. Aku ingin mewujudkan cita-cita anak anak desa disini dengan membangun sekolah! Aku ingin sukses dy! Bantu aku ya?
Rudy               : kamu nda marar fan? Baiklah jika itu keinginanmu. Karena semangatmu yang begitu tinggi dan juga kerena aku telah berjanji padamu. Besok kita latihan pidato lagi.
Hanifan           : makasih ya dy, kamu memang sahabat terbaikku.
Rudy               : Sama-sama fan. Aku pulang dulu ya fan? Besok aku jemput aku ke sini. Assalamu’alaikum...
Hanifan           : wa’alaikumsalam

Keesokan harinya hanifan dan rudy kembali ke podium kantor kepala desa. Hampir setiap hari mereka kesana untuk berlatih. Lama kelamaan hanifan pun terbiasa berpidato di depan oanga banyak, meskipun terkadang iya masih kelihatan sedikit gugup. Tetapi semangatnya untuk menghilangkan kegugupannya itu yang membuatnya selalu nagkit dan terus mencoba. Sampai pada akhirnya seleksi pun tiba. Ifan dan rudy mengerjakan soal sola itu penuh percaya diri. Rudy telah berhasil menjadikan ifan melawan kegugupannya. Selang beberapa hari, hari pengumuman hasil seleksi pun tiba.

Rudy               : Assalamu’alaikum
Hanifan           : Wa’alaikumsalam
Rudy               : Ayo cepet fan kita berangkat.
                        Aku sudah nda sabar iki.
Hanifan           : yasudah, ayo dy.
                        Mbak yu, aku pergi dulu ya.
                        Assalamu’alaikum
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Hati-hati ya lek.. (sambil tersenym dan menggeleng-gelengkan kepalanya kerena heran melihat kelakuan adik semata wayangnya itu)
            Sesampainya di papan pengumunan

Hanifan           : Dy.. lihat dy.. lihat!
                        Kita berdua lolos seleksi!
                        Kita berdua akan ke Jakarta dy! Ke jakarta!
                        (berteriak kegirangan)
Rudy               : tuh kan fan, aku yakin kita mampu.
Hanifan           : Makasih ya dy telah bantu aku. Kalau nda ada kamu ayu yakin aku ga akan bisa ke Jakarata. Makasih ya dy.
Rudy               : sama sama fan. Aku turut senang
Hanifan           : dy aku pulang dulu ya. Mau buru buru ngasih tahu mbak yu ku. Kia pasti senang. (pamit sambil berklari kegirangan menuju rumahnya)
Rudy               : (sambil berteriak) Hati-hati fan!

            Sesampainya di rumah
Hanifan           : Asalamu’alaikaum
                        Mbak yu... ifan pulang...
Niken              : Wa’alaikumsalam
                        Iya..iya..
                        Sabar toh fan, mbak lagi masak ini.
                        (membukakan pintu)
                        Cepat sekali kamu pulangnya, biasanya lama.
Hanifan           : iya mbak.
                        Tebak aku bawa apa?
Niken              : kamu ini, jangan bercanda, wong kamu nda bawa apa apa masa mbak di sutuh nebak sih? Ifan... ifan..
Hanifan           : aku nda bercanda mbak, aku lolos seleksi! Aku akan ke Jakarta!
Niken              : (keget, seolah tak percaya, ia senang namun ia sedih, ia akan sendirian di desa jika ifan pergi nanti)
                        Apa? Fan, kamu jangan bohongi mbak begitu. Mbak ga percaya.
Hanifan           : oalah mbak yu ini. Aku nda bohong toh mba. Aku serius, aku lolos seleksi.
(tiba-tiba nadine datang)
Nadine            : Iya mbak Niken, Ifan benar, dia lolos seleksi siswa berprestasi, dan ia akan bersekolah di Jakarta.
Hanifan           : tuh kan mbak, aku nda bohong.
                        (tersenyum kegirangan)
            Niken tidak dapat berkata-kata lagi, matanya berkaca-kaca, ia berlari menuju kamarnya dan menagis. Nadine dan Ifan kebingungan melihat reaksi dari Niken tadi.

Hanifan           : Loh? Loh? Mbak yu mau kemana? Mbak yu kok nangis?
Nadine            : niken tunggu....! (sambil menyusul niken ke kamar)
Hanifan           : (bergumam dalam hati : mbak niken sepertinya tidak suka aku pergi ke jakarta, tapi aku tidak bisa meninggalkan impian ku begitu saja, aku harus pergi ke jakarta untuk menuntut ilmu, supaya aku bisa jadi wong sukses, tapi mbak niken sedih sekali, ah, aku bingung, lebih baik aku ke surau saja, supaya aku tenang, Ya Allah semoga mbak niken mengerti) (sambil berjalan keluar rumah)

            Di kamar Niken

Nadine            : (duduk menghampiri Niken)
                        Niken, kamu kenapa? Kok sedih melihat keberhasilan ifan?
Niken              : Sebenarnya aku senang dine, tapi ..
Nadine            :: Tapi apa?
Niken              : Kalau ifan pergi ke Jakarta, aku sama siapa dine? Aku sudah tidak punya siapa-siapa selain ifan.
Nadine            : Aku mengerti keadaan kamu, tapi apa kamu tega melarang adik semata wayang mu itu mengejar impiannya?
Niken              : jujur, aku na tega melihatnya. Apa lagi ketika ia pulang dengan wajah yang demikian gembiranya.
Nadine            : nah, untuk itu kamu jangan melarang dia pergi ken, aku tau ini berat untuk mu, tapi kamu tahu tidak? Perjuangan adik mu untuk mendapatkan beasiswa itu tidaklah mudah. Jatuh bangun ia berusaha. Melawan ketakutannya sendiri, melawan sifat yang sudah dari kecil tertanam pada dirinya, semgangatnya yang begitu tinggi tidak boleh engkau rebut begitu saja, kasihan di ken.
Niken              : mungkin aku hanya perlu waktu untuk ini dine, aku mau melihat dia sukses, aku juga senang ia bisa melawan ketakutannya sendiri, aku senang ia banyak berubah karena ini, tapi di lain itu, aku sangat kehilangan dia. Hati ku masih terbagi dua dine.
Nadine            : sabar ken, aku tahu ini sangat berat, tapi tolong ambil keputusan sebijak mungkin. Aku pikir kamu memang butuh waktu untuk sendiri, kalau begitu aku permisi keluar.

            Sementara itu di rumah Kepala desa, pak kades dan bu kades sedang menbicarakan Ifan dan Rudy yang lolos seleksi sebagai siswa berprestadi di desa. Diam-diam kani ikut mendengar percakapan ayah dan ibunya itu di ruang tamu.

Pak Kades     : Bu, kamu sudah tahu kan kabar tentang Ifan dan Rudy ynag berhasil lolos seleksi beasiswa ke Jakarta?
Bu Kades       : iya pak, ibu sudah dengar dari cerita ibu-ibu tadi pagi
Pak kedes     : mereka be rdua itu hebat loh bu, Rudy mendapat nilai sempurna sedangkan Ifan nyaris sempurna, padahal setahu bapak, anak-anak di desa ini tidak pernah mendapat bekal apa-apa selain pembelajaran sukaralawan 2 minngu kemarin.
Bu kades        : oalah, pak, pak, mereka itu kan Cuma orang miskin toh pak. Apa hebat nya sih mereka dibandingakan dengan Aldy itu, Aldy anaknya pak wakades?
Pak kades     : Hus bu, nda boleh ngomong begitu, tetap saja bapak lebih suka arek-arek pintar daripada arek orang kaya. Nda punya masa depan arek seperti itu toh bu, bu..
Bu kades        : pokoknya ibu sudah membuat perjanjian pada bu wakades untuk menjodohkan kani dengan aldy
            Mendengar kata kata ibunya, kani pun reflek membantah perkataan ibunya.

Kani                : Aku nda mau bu, aku ora gelem sama aldy, dia itu aneh bu. Aku nda mau pokoke.
Bu kades        : loh? Kani, sejak kapan kamu disitu ndo?
Kani                : nda penting toh bu aku ada di situ sejak kapan. Pokoke aku nda mau di jodohin  dengan aldy itu, aku nda mau. Aku mau nya ikut ke Jakara pak! Bu! Bersama ifan dan rudy bagaimanapun caranya! Pokoke aku harus ke Jakarta.
Pak kades     : oalah ndo, nda bisa begitu, bapak tahu kamu memang pintar, tapi nilaimu masih di bawah ifan dan rudy ndo.
Bu kades        : ibu nda setuju ndo, ngapain  kamu capek-capek pergi ke jakarta? Aldy itu anak orang kaya toh ndo, kalau kamu berjodoh dengan dia, kamu nda perlu susah susah lagi ke Jakarta, tinggal minta apa saja kamu pasti di belikan.
Kani                : pokoke aku nda mau di jiodhkan dengan aldy itu bu, aku nda mau, aku mau pergi ke jakarta titik.
Bu kades        : kamu itu toh ndo, kalau di bilangin nda pernah mau dengar, mau tinggal dimana dan sama siapa kamu di Jakarta ndo?
Kani                : di jakarta kan ada bude ratih bu, ibu nda usah khawatir, aku aman tinggal sama bude, legian disana aku juga punya teman bu, diana, sedangkan disini? Aku nda punya teman bu, kani bosan, pokoke kani harus ke Jakarta.
Pak kades     : tapi bagaimana caranya toh ndo? Kamu kan nda lolos seleksi kemarin
Kani                : bapak ini kan pejabat, bapak tinggal ganti data nilai kani saja kok repot sih pak?
Pak kades     : nda semudah itu ndo, bapak tidak bisa melakukan hal itu.
Kani                : nda urus aku pak, pokoke aku mau ke Jakarta, aku mau seperti ifan dan rudy!
Pak Kades     : oalah ndo, apa boleh buat, kamu ke Jakarta dengan biaya saja ya ndo, bukan lewat beasiwa?
Kani                : terserah bapak saja gimana caranya, pokoke aku harus berangkat ke Jakarta sam aseperti ifan dan rudy!
                        (pergi meninggalkan ruang keluarga)

            Malampun tiba, Ifan, Niken, dan Nadine sedang makan di meja makan, suasana kali ini pun hening tanpa pembicaran, mereka bertiga tidak ada yang memulai pembicaraan sejak kejadian tadi pagi yang cukup meneganggkan bagi mereka. Tetapi saat mereka sudah malai makan, suara niken memecahkan keheningan di meja makan malam itu.

Niken              : fan, mbak sudah membuat keutusan
Hanifan           : keputusan apa mbak?
                        Aku juga sudah membuat keputusan, aku tidak akan ambil beasiswa itu , aku nda mau ninggalin mbak yu sendirian di desa. Nanti mbak nda ada yang nemenin, kasihan mbak yu. Keputusan  Ini sudah ku pikirkan matang-matang saat mbak yu menangis tadi pagi.
Nadine            : Loh fan? Kamu...
Hanifan           : iya kak, aku sudah ikhlas, walaupun aku harus mengubur impianku dalam-dalam.
Niken              : nda fan, mbak nda mau kamu mengubur impian mu dalam-dalam. Kamu harus meneruskan perjuangan itu fan! Harus! Kamu boleh pergi ke jakarta, tapi..
nadine            : tapi apa? (penasaran)
Hanifan           : iya, tapi apa mbak yu?
Niken              : tapi kamu harus janji sama mbak ya fan.
Hanifan           : janji?
Niken              : iya, kamu harus janji samba mbak, kamu jangan nakal disana, kamu harus belajar dengan benar, kamu harus berprestasi disana, kamu harus suksek, jangan malu-maluin mbak ya fan? Pokoke kamu nda boleh pulang ke desa sebelum kamu sukses.
Hanifan           : (sambil tersenyum kegirangan)
                        Tenang saja mbak, aku janji sama mbak yu, pegang janji ku ya mbak.

            Suasana yang semula hening, berubah menjadi suasana suka-cita, makan malam kali itu merupakan makan malam terindah bagi ifan juga niken.


Tiga hari kemudian Ifan dan Rudy di undang oleh pak kepala dasa untuk minum teh di rumah beliau.

Pak kades     : selamat ya fan, dy, kalian telah berhasil mendapatkan beasiswa tersebut
Rudy               : terimakasih banyak pak atas ucapannya dan undangan minum tehnya pada hari ini.
Pak kades     : sama-sama nak.
                        Sebenarnya ada yang bapak ingin bicarakan kepada kalian berdua.
Hanifan           : bicara tentang apa pak?
Pak kades     : begini fan, fy, di Jakarta kalian akan tinggal di tempat budenya kani yang mempunyai kos-kosan, biasa sewa rumah sudah di tanggung oleh pihak pemerintah. Biaya sekolah kalian juga sudah di tanggung oleh pemerintah, tapi, untuk biaya makan, kalian yang tanggung sendiri, jadi kalian harus cari kerja kecil-kecilan di jakarta. Pemerintah hanya memberi uang sangu untuk kaian 150ribu per bulan. Itu sudah termasuk biaya makan.
Rudy               : oh, begitu pak, terimakasih banyak pak.
Pak kades     : tapi kalian jangan senang dulu, hidup di jakarta itu keras nak, biaya hidup disana itu sangat mahal, tidak seperti disini.
Hanifan           : tidak apa-apa pak, mendapat pendidikan gratis sja lami sudah sangat senang kok pak. Kami akan menghemat selama kami tinggal di jakarta sana, pak
Pak kades     : baiklah nak, kalau memang kalian sudah sangat siap untuk tinggal di jakarta, besok kalian berangakat ke jakarta menggunakan bis. Jadi besok kalian harus nagun pagi-pagi sekali agat tidak ketinggalan bis.
Hanifan           : tenang saja pak, kami sudah mempersiapkanya sejak awal
Rudy               : terimakasih banyak pak, kalau bukan karena jasa bapak, kami tidak akan bisa pergi ke jakarta
Pak Kades     : jangan berterimakasih pada saya. Yang telah berjasa banyak pada pencarian siswa berprestasi di sini justru mbak nadine, guru kalian.
Hanifan           : oh, iya, kita sampai lupa sama kak nadine
Rudy               : fan, nanti kita belikan sesuatu untuk kak nadine untuk berterimakasih kepaa dia
Hanifan           : iya dy, aku juga ingin membeli sesuatu untuk nya.

            Malam harinya, nadine sedang sibuk menyelesaikan skripsinya di kamar. Ia telah sukses mendidik anak-anak itu. Ia berhasil membuat ke dua anak itu mendapatka beasiswa. Ia senang ia telah melakukan penelitian dengan baik dan lancar, walaupun ada sedikit konflik saat dia mengajar. Sekarang ia yakin, skripsinya kali ini tidak akan di tolak oleh dosen muda galak itu. Ketia ia asyik dengan skripsinya itu, tiba- tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Hanifan           : (mengetuk pintu)
                        Tok..tok..tok..
Nadine            : siapa?
Hanifan           : ifan dan rudy kak
Nadine            : masuk saja, aku sedang sibuk
(mereka berdua pun masuk)
Hanifan           : kak, kakak sedang apa sih? Sibuk banget dari tadi. Itu apa kak? Televisi ya? (sambil menunjuk ke laptop milik nadine)
Rudy               : ish, fan, itu komputer tau, masa kamu ga tau sih?
Hanifan           : oalah dy, aku iki kan wong deso, mana pernah lihat benda menyala aneh seperti televisi itu.
Nadine            : (sambil tertawa kecil melihat kelakuan mereka)
                        Kakak lagi ngerjain pr kakak, pr dari kampus.
                        Ini bukan televisi fan, benar kata rudy, ini komputer.
                        Lebih tepatnya laptop.
Haniifan          : apa kak? Leptop? Hah, sudahlah kan, aku nda ngerti yang begituan, yang aku ngerti matematika.
Rudy               : awak mu iku fan.. fan..
                        Sombong betul kamu, mentang-mentang lolos seleksi.
Hanifan           : akak mu iki dy yang sirik sing aku, hahaha
Nadine            : sudah-sudah jangan ribut di sini.
                        Sebenarnya kalian mau apa mencari kakak?
                        Tumben, biasanya jam segini kalian kan sedang mengaji di surau.
Hanifan           : hmm... anu kak.. anu..
Nadine            : anu..anu.. anu apa fan?
Rudy               : begini kak, sebenarnya kami kemari ingin mengucapkan terimakasih kepada kakak. Karena kakak telah mengajarkan kami dan telah memberi dorongan pada kami selama ini, kami dapat pergi ke jakarta untuk meraih impian kami.
Hanifan           : iya kak, kami ke sini mau mengucapkan terimakasih.
                        Makasih ya kak, oh iya kak, kami punya sesuatu untuk kakak, memang sih harganya tidak seberapa, hati kami yang tulus inilah kak harganya.
Nadine            : kalian tidak perlu repot-repot begini. Kakak ikhlas kok mengajar kalian, jadi kelian tidak perlu khawatir kaka meminta imbalan kepada kalian, justru kakak yang harus berterimakasih kepada kalian. Kalau kalian lebih memilih main bersama teman-teman kalian waktu iut dari pada memilih ikut kelas kakak, kakak ga bisa menyelesaikan pr kakak sekarang.
Rudy               : sudahlah kak, ambil saja kenang-kenangan dari kami ini. Kami sudah susah payah membuatkannya untuk kakak, kalau kakak menolak, kami akan kecewa sekali kak.
Hanifan           : benar apa yang dikatakan rudy kak.
Nadine            : baiklah kaka terima kenang-kenangan dari kalian. Terimakasih ya rudy, hanifan.
Hanifan           : sama-sama kak
Rudy               : yasudah kak, kita keluar dulu ya? Nda enak ganggu kakak mengerjakan pr
Hanifan           : iya, kak, selamat malam.
Nadine            : selamat malam

            Keesokan harinya ifan, rudy, dan kani bernagkat ke jakarta. Terlihat sekali bahwa mereka sangat lelah melalui perjalanan panjang seperti itu. Sesampainya di jakarta lelah mereka terbayar ketika mereka melihat keindahan kita jakarta kota jakarta. Mereka tidak menyengka mereka akan benar-benar tinggal di jakarta untuk melanjutkan pendidikan dan meraih semua impian mereka.

            Di rumah bude kani
Kani                : Assalamu’alaikum bude. Kani datang...
Bude               : Wa’alaikumsalam
                        Ya’ampun keponakan bude tersayang sudah besar sekarang.
                        Apa kabar say?
Kani                : iya dong bude, masa aku mau kecil terus sih, hehe
Bude               : bukanya gitu ndo, bude cuma pangling aja, terakhir kamu main ke rumah bude kan umur 5 tahun sayang, sudah lama sekali.
Kani                : iya juga sih bude, oh iya bude, diana kemana?
                        Aku sudah lama sekali nda berjumpa dengan nya.
Bude               : tunggu sebentar ya sayang, bude panggilkan.
                        Diana... Diana... sini nak, kani sudah datang.
Diana              : iya ma.. sabar...
Bude               : kani, mana Rudy dan Ifan?
Kani                : oh iya bude,  kani hampir lupa, itu rudy dan ifan masih di luar.
Bude               : loh? Kok kamu ga nyuruh mereka masuh sih say?
Kani                : malas ah bude, mereka kan cuma numpang disini.
Bude               : loh? Nak. Kamu ga boleh begitu, mereka kan tamu bude sayang.
Kani                : biar saja bude, kani malas sama mereka. Abis mereka norak sih. Kani kan malu jalan sama mereka.
Bude               : seharusnya kamu ga boleh begitu sayang.
                        Diana... cepet dong sayang.. kani udah nungguin tuh.
                        Dia kan capek habis menempuh peralanan jauh.
Diana              : iya ma..iya..
Kani                : hey diana, apa kabar?
Diana              : (heran) kani?
Kani                : iya ini kani, kamu lupa ya?
Diana              : engga, cuma pangling aja.
Bude               : say, tolong antarkan kani ke kamarnya ya, mama mau lihat ifan sama rudy dulu di luar.
Diana              : iya ma..
                        Ayo kani, ke atas, kamar kamu di atas, di sebelah  kamar ku.
Kani                : (mengangguk dan mengikuti kemana diana berjalan)
(alam, meta, regina,henni sedang berbincang-bincang di ruang santai di atas)
Alam               : diana, itu teh saha?
Meta               : ia, itu siapa? Sepupu kamu yang dari jawa itu ya?
Diana              : ini kani, sepupu aku dari wonosobo.
Kani                : kenalken, nama saya kani dwiharyani anaknya pak kepala desa wonosobo, keponakan nya bude ratih.
Gina                : oh, keponakannya ibu kos
                        Salam kenal ya
Henni              : hahaha
                        Anak pak kades toh, gaul dong kayak gue?
                        Kenalin nama gue henni, jagoan nya sini, haha
Kani                : njeh, salam kenal.
Diana              : kani, ayo cepet. Katanya capek, malah ngobrol disini.
Kani                : iya.. iya.. sabar meneh toh na..
Diana              : nah ini kamar kamu, kamar mandi ada di dalem. Dapur di bawah, ruang makan juga di bawah, kamar aku di sebah kamar kamu. Kamarnya mama di bawah. Aku tinggal dulu ya kani.
Kani                : iya makasih ya diana..

            Sementara itu di luar rumah
Bude               : Ifan? Rudy?
Hanfan            : iya, saya ifan
Rudy               : saya rudy, ini budenya kani ya?
Bude               : iya benar, saya budenya kani
                        Mari masuk, kasihan kalian sudah datang jauh –jauh
                        Pasti kalian capek, mari ...
H & R              : iya, bu, terimakasih
Bude               : kamar kalian berdua di atas, di samping kamar alam.
                        Alam..
Alam               : iya bu, aya naon panggil-panggil abdi?
Bude               : ini lam, ada anak kos baru dari wonosobo, ifan dan rudy, kamu tolong antar mereka ke kamar mereka ya, di sebelah kamar kamu.
Alam               : iya bu..
                        Mangga fan.. dy..
Henni              : ih, siapa lagi mereka?
                        Norak banget penampilannya, jadi ill feel gue, ish
Alam               : eh, henni, mereka teh anak kos baru, dari wonosobo.
Henni              : oh, amak desa, pantes aja norak banget gitu masuk rumah ini, ish! Mendingan si kani deh masih keren dikit.
Gina                : gue gina, salam kenal ya
Meta               : aku meta..
Rudy               : aku rudy dan ini sahabatku ifan..
Hanifan           : (hanya menganggukan kepala)
Alam               : fan, dy, hayu atuh..
                        Berat pisan nih tas kalian teh..
Rudy               : oh, iya, maaf.. maaf..
Alam               : nah, ini teh kamar kalian, wileu jeung sumping..
Hanifan           : makasih ya lam
Rudy               : ngomong opo toh dia fan? aku iki boten ngartos
Hanifan           : aku juga boten ngartos dy, dia bilang apa, wong kita sama-sama wong jowo, hahaha
Rudy               : iya juga ya fan? Hahahaha
Hanifan           : sudah..sudah..
                        Ayo kita istirahat saja, besok pagi kita cari makan, lapar aku dy.
Rudy               : sama fan, aku juga lapar.

            Di rumah Nadine (di Jakarta) nadine tengah bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Hari ini ia berniat untuk mengumpulkan skripsi yang telah ia buat tentang metode pembelajaran anak-anak di desa wonosobo. Sesampainya di kampus ia langsung menuju ruangan pak Aziz (dosen muda).

Nadine            : tok..tok..tok..
                        Selamat pagi pak..
Dosen             : ya, selamat pagi, silahkan masuk
                        (sambil menaikan kacamatanya yang turun)
                        Oh, kamu nadine, ada apa dateng ke ruangan saya?
Nadine            : ini pak saya ingin mengajukan skripsi saya untuk ketiga kalianya
Dosen             : sudah yakin kamu dengan skripsi yang ini?
                        Bapak sudak tidak ingin memberi kesempatan kepada kamu lagi jika kali ini kamu masih gagal.
Nadine            : iya pak, saya sudah yakin dengan skripsi saya kali ini. Karena skripsi saya kali ini berbeda dengan kedua skripsi saya yang sebelumnya.
Dosen             : oh ya? Bagus kalau kamu sudah yakin. Mana skripsinya? Saya mau baca.
Nadine            : ini pak, silahkan..
(pak aziz pun membaca skripsi nadine, ia terkejut dan takjub dengan skripsi )
Dosen             : Nadine, ini benar-benar skripsi yang sempurna.
                        Kamu menuliskan skripsi ini benar-benar mengalir dan penuh dengan fakta. Benar – benar skripsi yan luar biasa. Selamat nadine, skripsi kamu saya terima. Minggu depan kamu bisa ikut sidang bersama teman-teman lainnya.
Nadine            : yang benar pak? Skripsi saya benar-benar di terima kali ini?
Dosen             : iya nadine, saya akan mengajukan skripsi kamu ini sebagai the best of skropsi in this year.
Nadine            : serius pak? Terimakasih banyak pak, akhirnya skrpisi saya di setujui juga. Saya permisi dulu pak
Dosen             : ya, silahkan..
Nadine            : selamat pagi..
Dosen             : pagi (sambil tersenyum melihat perkembangan pesat mahasiswa nya itu)

            Tahun ajaran baru pun mulai, ifan, rudy dan kani masuk pertama kali ke SMAN 98 Jakarta. sedangkan diana, alam, henni, regina, dan meta kembali masuk sekolah, karena masa liburan sudah habis. Mereka tidak menyangga akan satu sekolah dengan ifan, rudy, dan kani. Pagi itu rumag ibu ratih pun terlihat sibuk dengan persiapan anak-anak kos pada tahun ajaran baru kali ini.

Henni              : lam, gue nebeng lo ya?
Alam               : maaf hen, abdi teh harus jemput nci di rumahnya, abdi udah janjian duluan sama dia, maaf ya hen.
Henni              : ah, yaudah deh, pacaran mulu lo lam, payah banget!
Alam               : hehehe, biarin wae lah hen, namanya juga anak muda.
Henni              : terserah lo aja deh lam.
                        Kani.. gue bareng lo aj adeh berangkatnya, lagian lo juga belum tau kan sekolah kita dimana, sekalian gue nunjukin ke elo..
Kani                : yo wies hen, bareng gua aja, lagian gue juga males kali bareng sama ifan dan rudy, kampungan sih gaya mereka. Hih, ogah deh. (sifat kani berubah drastis setelah ia tinggal di jakarta apalagi setelah ia menganek henni, sifat jail dan sombongnya semakin menjadi)
Henni              : hahaha. Bagus-bagus kan, gue setuju sama kata-kata elo, mereka emang kampungan banget!
Kani                : Ayo ah hen kita jalan, lama-lama deket mereka ntar kita ketularan kampungan lagi. Hahaha
Henni              : cabut coy.
Rudy               : (gondonk melihat kelakuan mereka)
Hanifan           : sudahlah dy, hari ini hari pertama kita masuk sekolah, jangan emosi lah dy.
Rudy               : ora gelem aku fan sama mereka, angkuh betul jadi orang
Hanifan           : sabar toh dy, kita buktino wae ke mereka bahwa kita lebih berprestasi daripada mereka.
Rudy               : hah, yasudahlah, makasih ya fan udah ngingetin aku
Hanifan           : sama – sama dy

            Setelah pembagian kelas selesai mereka masuk ke kelas masing- masing. Ternyata meta, regina, henni, diana,alam, dan nci satu kelas. Saat mereka semua sedang asik mengobrol, tiba-tiba kepala sekolah masuk ke ruangan kelas XI IPA 2.

Bu Kepsek     : pagi anak-anak
Murid-murid   : pagi bu..
Bu kepsek      : bagaimana kelasnya? Nyaman bukan? Selamat kalian termasuk siswa yang terpilih.
Nci                  : kelas terpilih naon bu? Perasaan abdi teh kelasnya sama wae bu. Cumannya didina kalasna rada adem bu.
Bu kepsek      : bukan itu maksud ibu, selamat kalian termasuk siswa terpilaih yang masuk program ipa. Bukan siswa sembarangan yang bisa masuk kelas ipa.
Nci                  : oh, kitu teh maksudnya.
Henni              : waelah ci, bukan waktu nya istirahat kali, pake minta-minta teh segala. Hahahaha
Pak guru         : henni, bicara apa sih kamu? Nanti pulang sekolah temui bapak di ruang guru.
Henni              : iya pak maaf
Bu kepsek      : langsung saja, ibu tidak mau berbasa-basi lagi. Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru tiga orang sekaligus, dua diantara mereka adalah penerima beasiswa siswa berprestasi dari pemerintah. Ayo anak-anak silahkan masuk.
(ifan, rudy, dan kani pun masuk)
Bu kepsek      : anak-anak, ibu harap kalian bisa bekerja sama dengan ketiga anak baru ini.
                        pak akbar, saya tinggal dulu ya, saya masih ada urusan di luar.
                        (melihat ke arah pak akbar)
                        Baiklah anak-anak ibu tinggal dulu ya.
                        Selamat pagi.
Murid-murid   : pagi bu...
Pak akbar      : ya anak-anak
                        Sesuai apa yang di katakan oleh ibu kepala sekolah tadi kita kedatangan tamu jauh, dari wonosobo. Silahkan kani, ridy, ifan.
Kani                : kenalin nama gue kani dwiharyani, gue biasa di panggil kani.
Rudy               : Saya rudy romansyah, biasa di panggil rudy, mohon bantuannya ya.
Hanifan           : saya hanifan nur fitrianto, biasa di panggil ifan, makasih.
Pak akbar      : nah anak-anak sudah tahu kan siapa namaa mereka, kalau kalian ingin berkenalan lebih lanjut, silahkan tanya pada mereka pada jam istirahat saja ya!
                        Nah, rudy, ifan, kani, silahkan duduk di bangku yang kosong.
K, R, & H        : terimakasih pak...
Pak akbar      : mari kita mulai pelajaran matematika, silahkan keluarkan lks kalian dan buka latihan 1.

            Bel pulang pun berbunyi, henni segera menemui pak akbar (wali kelasnya) di ruang guru. Setelah henni keluar ruangan pak akbar bersama kani, hanifan dan rudy pun masuk.
Rudy               : Assalamu’alaikum pak
Pak guru         : wa’alaikumsalam, eh, rudy, ifan, ayo silahkan masuk.
Hanifan           : ada apa ya pak?
Pak guru         : engga, bapak cuma ingin memberi ucapan selamat kepada kalian atas keberhasilan kalian mendapatkan beasiswa siswa berprestasi dari pemerintah. Juur bapak sangat bangga pada kalian.
Rudy               : bukan apa-apa kok pak, memang kami kesini beruang mati-matian untuk menggapai semua impian kami selama ini. Tapi tidak usah berlebihan bapak memuji kami, kami tidak biasa diperlakukan seperti itu.
Hanifan           : iya pak, mohon bantuan nya saja, agar kami bisa meraih semua impian kami.
Pak Guru        : saya pasti akan membantu kalian nak
(tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke delam ruangan pak akbar)
Nefita              : yah, ayo kita pulang, ibu udah nelponin tuh dari tadi, katanya ade sakit parah. (dengan nada semakin lama semakin pelan)
Pak Guru        : kebetulan kamu datang nak
Nefita              : ada apa yah? Eh, pak?
Pak Guru        : sudah kak, panggil ayah saja.
                        Nah ifan, rudy, nefita ini anak sulung bapak. Kalau ada-apa kalian bisa minta tolong nefita, iya sudah sengat kenal orang-orang disini. Kak, mohon bantuannya ya
Nefita              : iya yah, yah, ayo cepat, kasihan ade sama ibu udah nunggu di rumah tuh,
Pak guru         : ifan, rudy, bapak duluan ya. Assalamu’alaikum
R & I                : wa’alaikumsalam

            Di tengah perjalanan pulang, ifan mengeluh bahwa perutnya sakit.
Hanifan           : dy, perut ku sakit nah..
Rudy               : kenapa kamu fan?
Hanifan           : aku lapar dy, aku butuh makan
Rudy               : yah fan, kalau kita makan, kita pulang jalan kaki dong?
Hanifan           : nda papa sudah
Rudy               : tahan bentar ya fan..
Hanifan           : nda bisa dy, perut ku sakit banget nih
Rudy               : hah, yo weis toh fan, nah, iku ada warung makan.

            Sesampainya di warung makan
Rudy               : bu, pesen nasi bungkusnya ya 2
                        fan, makan pakai sayur aja ya, nda usah pakai daging? Mahal?
Hanifan           : yo weis lah dy, sing penting aku mangan
Rudy               : sayur kangkung aja deh bu
                        Fan, uangnya kentinggalan di kamar, gimana nih?
Hanifan           : hah? Yang bener dy?
Rudy               : iya bener fan, aduh gimana nih? Udah terlanjur mesen lagi
Hanifan           : batalin aja dy, nanti malah kena omel lagi
(tiba-tiba nci datang)
Nci                  : kalian teh ngapain didina? enggeus dahar nya?
Hanifan           : ini ci, kita kan mau meli nasi bungkus, tapi uangnya ketinggalan di kosan, tapi kita udah terlanjur mesen, makanya mau kita batalin ci, kita ga punya uang.
Nci                  : eleuh.. eleuh.. tos di batalken, jangan atuh, sini biar aku aja yang traktir kalian makan, sok atuh masuk.
Rudy               : oalah ci, nda usah, biar saja di batalkan, kami pulang saja ya?
Nci                  : jangan atuh, hayu, nteu malu-malu, anggap aja ini teh salam perkenalan kita, sok.
Hanifan           : bener nih ci?
Nci                  : iya atuh bener, masa ngibul sih.
Hanifan           : makasih ya ci
Nci                  : tos dipikerkeun fan.



Setelah 1,5 tahun mereka bersekolah dan tinggal di jakarta, mereka sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan jakarta. Sekarang mereka sudah kelas 3 SMA, dan sebentar lagi mereka akan mengikuti ujian nasional. Rudy sudah mendapatkan tiket masuk fakultas elektro universitas indonesia kerena karya tulisnya menjadi juara pada lomba LKI yang di akan disana. Sedangkan ifan sedang berusaha mencari beasiswa di UNJ jurusan MIPA, ia melihat ada pengumuman pencarian beasiswa dari menulis sebuah esai bertemakan metode pendidikan sains baru. Ia sangat tertarik untuk mendapatkan beasiswa itu, berminggu-minggu ia memikirkan ide untuk esai tersebut, akhirnya ia mendapakan ide. Hanya dalam waktu 2 hari saja ia dapat menyelesaikan esai itu dengan baik. Saat ia hendak menumpulkan esai itu.

Hanifan           : akhirnya esai ini agi juga. UNJ i’m coming..
Kani                : (karena sifat jailnya muncul, kani pun sengaja mendorong ifan dari belakang, sampai esai yang ia kerjakan pun basah tersebur air selokan)
                        Upss.. sorry ya sengaja, hahaha
Hanifan           : kamu ini apa-apaan sih kani? Lihat tuh kertas esai ku jatuh. Harapan ku telah pupus. Kamu jahat kani! Selama ini aku sudah cukup sabar sama kamu, tapi kali ini kamu sudah keterlaluan!
Kani                : eh.. fan.. maaf.. aku kira itu Cuma kertas nda penting.
Hanifan           : sudahlah aku nda mau berdebat, yang pasti sekarang, pupus sudah harapan ku untuk kuliah. Kamu jahat!
                        (pergi menginggalkan kani)
Kani                : ya’ampun  fan maaf, aku ga bermaksud ngerusak esai kamu (ucapnya dalam hati) aduh gimana nih? Ifan marah banget sama aku pasti, aku ambil saja deh, aku ketik ulang nanti di rumah, semoga aja belum terlambat.

            Akhirnya malam itu juga kani mengetik ulang esai yang telah dibuat oleh ifan. Karena batas pengumpulan esai terakir adalah besok sore. Keesokan harinya ia pergi ke UNJ untuk mengirimkan esai tersebut. Dia tidak berani berbicara kepada ifan apa lagi mengganggunya. Sekarang ia sudah kapok dan tidak pernah mengganggu siapapun lagi sejak kejadian itu. Seminggu kemudian ada surat untuk hanifan. Kani tahu bahwa hari itu adalah hari diamana pengumuman beasiswa UNJ.
Bude               : fan... ada surat untuk kamu
Hanifan           : surat? Dari siapa?
Bude               : sebaiknya kamu lihat sendiri. Ibu mau melanjutkan memasak.
Hanifan           : iya bu, terimakasih
(diam-diam kani memperhatikan ifan dari balik pintu rumah)
Hanifan           : (membuka amplop coklat dam membacanya)
                        ”selamat anda mendapat beasiswa fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta atas nama Hanifan Nur Futrianto dengan judul esai metode komik MIPA”
                        (hanifan heran melihat isi amplop coklat itu)
                        Aku kan nda jadi mengirimkan esai itu? Mengapa nama ku bisa tercantum disini? Dapat beasiswa lagi.
Kani                : maaf ya fan, itu kerjaan ku, aku yang mengirimkan esai mu ke UNJ. Waktu karah sama aku, aku langsung mengambil esai itu dari selokan, malamnya aku ketik ulang, dan siangnya aku ke UNJ untuk mengirimkan esai itu. Aku merasa bersalah babget waktu kamu marah. Maafin aku ya fan?
Hanifan           : jadi kamu yang mengirimkannya>
Kani                : iya fan, maaf ya
Hanifan           : Itu nda penting sekarang, yang penting itu aku dapat beasiswa masuk UNJ, makasih banyak ya kani, aku nda tau kalau kamu nda mengirimkannya, mungkin untuk selamanya aku nda bisa pulang ke desa. Makasih banyak ya kani.
Kani                : sama – sama fan.

            Rudy, hanifan, dan kani meneruskan pendidikan mereka di kampus mereka masing-masing, sampai pada akhirny amereka lulus dan bekerja di perusahan ternama di Jakarta, kini mereka telah menjadi orang sukses dan berpendidikan tinggi. Sedangkan aldy, ia jatuh miskin, setelah kedua oarang tuanya meninggal akibat rumahnya yang terbakar habis oleh kemarahan sang raja merah. Ia sekarang hanya menjadi tukang sapu di kantor kepala desa. Mereka bertiga pun pulang dan membangaun apa yang mereka cita-citakan sewaktu kecil. Kani sekarang telah menjadi istri hanifan, mereka hidup bahagia selamanya.

Rudy               : ”kesuksesan di mulai dari mimpi, mimpi dibangun oleh keyakinan dan keberusahaan, berusahalah dan yakin kaian mampu mewujudkan sesuatu yang kalian pikir tak dapat di capai, padahal kalian bisa untuk mencapainya, mimpi tidak hanya sebatas ujung dunia, tetapi mimpi tumbuh tidak ada batasnya, kalian punya mimpi, berusaha, dan yakin, kalian pasti sukses”
Hanifan           : dengan ini kami meresmikan lapangan pekerjaan dan sekolah gratis untuk warga desa wonosobo

            Hanifan dan Rudy tersenyum bangga, ternyata mereka bisa mewujudkan apa yang mereka impikan saat kecil dulu.


TAMAT