Selasa, 08 April 2014

Cerpen - Selamat Tahun Baru Sayang

“Selamat tahun baru sayang, semoga di tahun ini kamu dapat menjadi lelaki yang lebih baik dari sebelumnya, dan semoga semua impian mu terwujud.” Ucap ku dalam hati di balkon samping kamar ku.
Hari ini tanggal 2 januari 2014, aku tak pernah menyangka semuanya berlalu begitu cepat. Baru seminggu yang lalu aku mendapatkan kalender tahun 2014 dan di kalender itu aku menuliskan semua tanggal-tanggal penting dan hari-hari spesial bagiku. Harapan-harapan indah tak lupa ku panjatkan selalu dalam setiap do’a ku. Ya, harapan-harapan indah bersamamu sayang. Semuanya tertulis dengan rapih, indah bersama goresan-goresan penuh cinta.
Tapi apa daya, sepertinya harapan-harapan itu hanya harapan kosong yang tak mampu terwujudkan. Pikiran itu, pikiran itu yang mengganggu, yang membuatku sempat ragu menuliskan harapan-harapan itu. Tapi, rasa sayang itu, rasa sayang itu kembali menuntun ku untuk menuliskan harapan-harapan indah itu, tanggal-tanggal special bagiku.
Seminggu sebelum aku menulis harapan-harapan indah itu, hatiku bergejolak hebat sayang. Rasanya dadaku sesak, kepalaku ingin pecah, resah tak menentu yang aku rasa. Setengah dari hatiku seakan berkata “Bebaskan aku, bebaskan aku dari semua ketidak nyamanan ini. Kau harus buat keputusan secepatnya. Akhirilah, ku mohon, aku sudah tak kuat lagi menahan semua rasa sakit ini, ku mohon.” Dan setengah hati yang lain seakan berkata “Tahan sayang, tahan, pertahankanlah! Bukankah dia orang yang selama ini kau tunggu? Dia orang yang membuat hari-hari mu lebih berarti? Bertahanlah! Berjuanglah! Biarkan aku yang menanggung rasa sakit ini sampai dia mengerti, sampai dia menyadari betapa berartinya perhatian itu.”
Kurang lebih begitulah suasana hatiku selama 1 minggu sebelum harapan-harapan itu menghiasi kalender baruku. Kau tahu sayang? Yang menjadi pemenangnya sampai malam tahun baru adalah separuh hatiku yang kedua. Karena aku percaya, kesabaran dan do’a akan merubah segalanya.
Tapi di malam tahun baru, keyakinan ku akan kekuatan kesabaran dan do’a mulai tergoyahkan sayang, dan bongkahan hatiku yang pertama perlahan-lahan menggeser posisi bongkahan hatiku yang kedua dalam pertarungan selama seminggu sebelumnya.
Aku melangkah lemas menuju ke kamar, mulai terduduk lemas sambil menatap ke jendela besar yang terpasang tepat di samping ranjangku. Aku kembali teringat akan kejadian 2 hari lalu, ya dua hari lalu sayang, 31 Desember 2013 hari terakhir di tahun 2013.
Hari itu aku berharap-harap cemas, berharap kau akan mengajakku pergi malam ini sayang. Dan harapan sederhanaku, seperti harapan-harapan gadis lainnya selama ini “Di malam tahun baru, aku berharap kau mengajakku pergi ke rumahmu, bertemu dengan orang tua mu dan sekedar menghabiskan malam pergantian tahun bersama keluarga mu.” Ya, harapan itu memang sederhana, tapi itu indah sayang, sangat indah dan kau tahu? Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu.
Setengah hati kecilku mulai ragu dan berkata “Tapi apakah mungkin? Apakah mungkin mimpi sederhanaku itu akan menjadi nyata jika mengingat perlakuanmu selama 3 bulan terakhir? Ah rasanya tidak mungkin sayang. Tidak mungkin.”
Setengah hati kecilku yang lain melontarkan beberapa pernyataan hebat mencenangkan “Aku optimis sayang, aku optimis, aku optimis mimpi kecilku kali ini pasti akan jadi nyata, kau akan menghampiriku di kelas nanti sambil mengatakan “Sayang, nanti malam aku jemput ya, kita ke rumahku, nanti aku kenalkan dengan orang tua ku dan kita akan menghabiskan malam pergantian tahun bersama.” Dan kau mengucapkannya dihiasi dengan senyuman terbaikmu.”
Seperti kata pepatah, “Hati tak pernah bohong.”
“De, nanti malem ke Geco yuk?” Tanya hendra lembut.
“Oh God, that is real? Inilah jawaban dari pertanyaan ku semalam? Kata-kata yang aku tunggu darinya. Oh God, thanks.” Ucapku dalam hati.
Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba terdengar suara dari arah serong kanan ku, “ Ndra, bentar deh.” Panggil Ika.
“Yaaaaaah.” Aku mendesah pelan dan lembali merapihkan alat tulisku.
“Guys, tenang sebentar deh, aku mau ngomong bentar aja.” Kata Ika salah satu temanku di kampus. “Nanti malem kan malem tahun baru, aku sama beberapa anak-anak kelas udah bikin acara bakar-bakar di kontrakan. Kalian tinggal datang aja. Semuanya udah disiapin, so guys, yang belum punya acara, dateng yaaa. Ditunggu di kontakan ba’da isya ya. Thanks guys, kalian boleh pulang.” Lanjut ika.
Tanpa menghiraukan kata-kata ika, aku pun beranjak dari tempat duduk ku dan bersiap untuk pulang, “Broh, ayo balik, makan dulu tapi. Laper nih.” Kataku kepada Esy, Lea, dan Ana.
“Tuhan, kemana dia? Tadi itu ajakannya kan? Aku sedang tidak bergurau kan tuhan?” aku kembali melamun.
“broh, kenapa sih? Ngelamun terus dari tadi pagi. Nanti malem kemana? Pergi sama Hendra?” Sahut Esy
“Eh, eh, kenapa? Kenapa?” Jawabku bingung
“Wooo, ngelamun mulu sih. Itu Edy nanya, ntar malem kemana? Pergi sama Hendra?” kata Lea sewot
“Eh? Hendra? Eng… Enggak tau deh. Sepertinya sih enggak.” Jawabku terbata-bata
“Lah? Gimana sih? Seriusan kali de. Emang dia gak ngajak kamu pergi kemana-mana? Keterlaluan banget sih jadi cowok. Cowok macam apa dia itu, malem tahun baru gak ngajak pergi ceweknya kemana-mana.” Lea berkata seenaknya
“Eh, itu? Dia tadi sempet ngajak ke geco sih, tapi belum sempet di jawab, udah kepotong sama Ika. Jadi sampai sekarang aku belum jawab, habisnya dia belum follow up lagi sih.” Jawabku asal, sesungguhnya aku masih bingung, apakah benar tadi Hendra mengajak ku pergi, apa hanya ilusi ku semata.
“Oh, jadi ini toh yang bikin kamu seharian ngelamun gak jelas gini de? Hahaha.” Ledek Ana.
“Hahahaha, galau mulu nih anak kerjaannya. Heran deh, punya pacar kayak gak punya pacar.” Sahut Lea.
“Kamu tahu de? Sampai saat ini aku masih gak setuju kalau kamu sama Hendra. Ya begini ini. Dia terlalu egois buat kamu de. Sibuk sih sibuk, tapi tetep aja kali, seenggaknya langsung ngabarin kek, apa kek.” Jawab Esy ketus.
“Udahlah broh, biarin aja deh. Kan udah aku bilang, aku tuh bingung sama perasaan ku sendiri.” Sahut ku.
“Udah ah, next topik, males aku bahas dia, gak nafsu. Paling aku nanti malem pergi sama Ave kalau gak males sih itu juga, hahaha.” Balas Lea.
“Aku sih udah ada janji pergi sama temen-temen SMA ku.” Sahun Ana.
“Kamu sy?” Tanya Ana.
“Suram broh. Belum ada rencana. Tapi paling aku malem tahun baruan di gereja. Tadi kak Ela juga udah ngajak sih. Biasa do’a. Pengakuan dosa.” Jawab Esy santai.
“Broh, balik yok, udah rame nih, gentian yuk, banyak yang belum dapet duduk tuh.” Ajak ku.
Sesampainya di kamar, aku terdiam terpaku. Entah apa yang harus aku lakukan saat itu. Bersiap-siap untuk pergi nanti malam, atau tetap menunggu kabar lanjutan dari mu sayang.
Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa, waktupun enggan menungguku yang sedari tadi masih berbaring terpaku menatap langit-langit kamar. Pikiran ku mulai kacau, sudah pukul 17.10 kau belum memberiku kabar lagi sayang. “Apakah benar yang tadi siang itu hanya ilusi semata ya?” Tanya ku dalam hati. “Ya Tuhan, hamba dilema, beri hamba petunjuk, hamba sudah mulai lelah dengan semua ini.”
Tak ku mengerti mengapa begini, apa salahku sayang? Apa memang engkau di luar sana begitu sibuknya? Sampai tidak sempat memberi kabar ulang? Sampai tidak sempat memberi kepastian dari ajakan mu tadi siang? Apa susahnya sayang? Apa susahnya sekedar mengirimkan pesan singkat “Sayang, nanti malam kita pergi ya, kamu siap-siap ya sayang.”
Mungkin benar ya, kamu sangat sibuk sekarang. Apa daya ku sekarang? Aku hanya seorang wanita lemah, yang hanya bisa menunggu. Hanya bisa menunggu kamu sms lebih dulu. Hanya bisa menunggu kamu mengajak ku pergi lebih dulu. Hanya bisa menunggu kamu untuk menanyakan kabar terlebih dulu. Apa daya ku sayang?
Mungkin aku bisa sms, mengajak mu pergi, dan menanyakan kabar mu terlebih dulu. Tapi apa nanti kata orang-orang? Apa nanti kata kamu? Apa nanti kata keluarga mu? Jika aku melakukan itu semua terlebih dulu dari mu, orang-orang akan berpendapat bahwa aku ini perempuan yang agresif, bahasa kasarnya ‘gragas’. Aku tidak mau sayang, aku tidak mau bila hal itu terjadi. Biarlah aku yang tetap menunggu mu, walau hati ini menolak. Andai aku pria nya dan engkau adalah wanitanya. Aku pasti akan lebih aktif sayang, tidak seperti ini.
“Dreeeeet…. Dreeeeet…. Dreeeeet…. Dreeeeet…..”
Aku terhentak kaget, lamunanku pecah karena getaran yang berasal dari hpku. Sekarang tepat pukul 17.20. Dengan perasaan kacau balau, ku ambil hp itu dengan malas, dan membaca pesan yang tertera di dalamnya.

From : Esy
31.12.13
17.20
De, udah makan? Ke SO yuk? Gak kemana-kemana kan?

“Terima ajakan esy atau enggak ya? Tapi kalau nanti Hendra sms gimana? Ah tapi apa mungkin? Sudah hampir magrib begini Hendra tak kunjung memberi kabar.” Kataku dalam hati sebelum membalas pesan Esy.

Replay to : Esy
31.12.13
17.23
Enggak kok, gak kemana-mana. Yaudah ayok. Aku siap-siap dulu ya.

Aku sudah siap berangkat untuk menjemput Esy di kosnya.
“Dreeeet…. Dreeeeet …. Dreeeet… Dreeet…” Tiba-tiba hpku kembali bergetar keras.

From : Hendra My Mischievous
31.12.13
17.30
Sayang, hari ini bisa keluar malam kan?

Deg! Hati ku bergejolak kencang. Seakan petir menyambar tepat di hatiku. “Apa yang harus ku lakukan tuhan? Kamu terlambat sayang! Kamu terlambat! Kenapa gak kasih kabar dari awal?” Ucapku dogkol.

Replay to : Hendra my mischievous
31.12.13
17.33

Mau kemana? Kenapa gak kasih kabar dari tadi?

From : Hendra my mischievous
31.12.13
17.33

Loh? Tadi kan di kelas sudah aku bilang malam ini ke geco. Jadi gak bisa nih?

"Ya ampun Hendra sayang, bukannya aku mau menolak ajakan mu. Tapi kamu telat, aku sudah menunggu lama untuk mendapat konfirmasi dari kamu. Apakah kamu tidak sadar kalau kamu di tunggu? Ya tuhan.. Ini jam berapa sayang? Ini jam berapa? Perlu berapa jam lagi untuk aku mandi? Perlu berapa jam aku untuk siap-siap? Jalan protokol di tutup sehabis magrib ini bukan?." Keluh ku dalam hati

Replay to : Hendra my mischievous
31.12.13
17.34

Bukannya tidak bisa, tapi ini sudah terlalu malam untuk itu.

From : Hendra my mschievous
31.12.13
17.34

Yasudah kalau gitu, kita kesananya besok pagi aja ya sayang? Kalau kemaleman. Kamu malam ini kemana?

Replay to : Hendra my mschievous
31.12.13
17.34

aku gak kemana-mana, di kos aja. Paling mau cari makan sama esy.

Tanpa ku sadari, air mataku jatuh perlahan. Sakit yang ku rasa. Harapan-harapan itu telah pupus. Hari ini, hari yang ku tunggu-tunggu, hancur dengan sempurna.

From : Hendra my mischievous
31.12.13
17.35

Oh, gitu sayang. Yasudah. Selamat makan ya.

From : Esy
31.12.13
17.35

Ayoo

Tak ada satu pesanpun yang aku balas saat itu. Bibir ku masih kelu. Hati ku beku. Badan lemas tak berdaya. Air mata ku jatuh membahasi pipi semakin deras.



From : Esy
31.12.13
17.40

De, kok lama? Kamu kemana?

From : Esy
31.12.13
17.50

De, jadi gak? Kalau kamu gak bisa, aku sendiri aja gak apa-apa

Dengan cepat aku menghapus air mataku dan membalas pesan dari esy sebelum terlambat dan dia pergi sendirian

Replay to : Esy
31.12.13
17.50

Jangan sy, tadi ada trouble dikit. Oke, aku otw ya. Tunggu aku. Jangan pergi duluan.

Sesampainya di rumah makan "De, kamu beneran gak pergi sama hendra malem ini?" Tanya esy

"Iya sy, kenapa?" Jawabku pelan

"Udah deh de, gak usah bohong. Aku tau kamu sebenernya udah gak kuat kan? gak perlu kamu certia, aku pun udah tau de. Dari sorot matamu udah kelihatan." Kata esy iba

"Sebenarnya aku gak setuju kamu sama hendra. Lihat aja pas pdkt dia perhatian bangetkan sama kamu. Kamu selalu di sms terus nah sekarang lihat pas udah jadian. Aku kalo jadi kamu pasti gak kuat, karena sebelum pacaran aku kasih tahu dulu kalau aku gak suka dicuekin dan harus selalu diperhatiin. Buat aku dia itu terlalu egois, pas awal awal aja dia selalu nyari-nyari kamu, nah sekarang pas udah dapet ya gitu. Jalan sama teman-temannya selalu aja ada waktukan? Karena dia itu mikir "ah dia udah jadi milik aku kok." Kamu kalau ada apa-apa pasti cerita ke ibumu kan? Tapi kenapa pas masalah ini kamu gak berani cerita? Tapi sekarang, ya terserah kamu aja de. Jangan kamu kira teman sekelas pada setuju loh kamu sama hendra. Kamu tau? Kakak tingkat aja pada kaget pas tau kalian berdua jadian, karena sifat kalian yang bertolak belakang itu." Jelas esy

"Terus aku harus gimana sy? Aku masih bingung sama hati aku sendiri. Setengah hati aku udah berontak, tapi setengah hati yang lain nyuruh aku tetap bertahan. Aku bingung sy, bingung." Jawabku

"Dreeeet... Dreeeet... Dreeeeet... Dreeeet...." Hp ku kembali bergetar

Form : Hendra my mischievous
31.12.13
19.00

Sayang, mama buat bakar-bakar nih di rumah. mama ngilangin rasa kecewaku main.

"Bentar ya sy, ini rendra sms." Kataku singkat

"What? Kecewa? Apa maksudnya? Jadi kamu kecewa gara-gara aku kita gak jadi pergi? Ya Ampun sayang, kamu sadar gak sih? Aku nunggu kamu loh dari tadi. Sekarang, dengan santainya kamu bilang kamu kecewa? Seharusnya aku yang kecewa sama kamu, kamu seharusnya sadar akan hal itu. Ya tuhan, apa lagi ini?." Lamun ku dalam hati

"De, kenapa? Kok diem? Dia bilang apa" Tanya esy

"Ini sy, lihat deh, masa hendra sms aku gini." Kataku sambil memberikan hp ku ke esy

"Yaampun de, maksud dia tuh apa sih? Kecewa gak jadi pergi sama kamu? Padahal dia loh ya yang mulai." Sahut esy

"Oh iya de, balik yuk, aku mau siap-siap ke gereja." Kata esy lagi

"Oh, gitu, yaudah deh yuk." Kata ku menjawab Sesampainya di kos esy, aku pun pamit pulang. Sebelum beranjak pergi, hp ku kembali bergetar.

"Dreeeet... Dreeeet... Dreeeeet... Dreeeet...."

Form : Ratna
31.12.13
19.30

De, udah makan belum? Makan yuk? Gak kemana-mana kan hari ini?

Replay to : Ratna
31.12.13
19.30

Oke, aku otw kos mu sekarang ya

Sepanjang perjalanan ku menuju kos Ratna pun aku masih melamun. "Ya Tuhan, mengapa dia jadi seperti itu? Apakah dia benar-benar tahu apa yang ku inginkan? Apakah dia benar-bener tahu perasaan ku saat ini? Tolong beri tahu dia Tuhan. Agar dia segera menyadarinya." "Aku ingin mengakhiri peperangan hati ini secepatnya tuhan, aku tak mau terus tersiksa seperti ini, bantu hamba tuhan."

"Assalammu'alaikum na."

"Wa'alaikumsalam de, sini sini masuk."

"Na, aku mau putus."

"Loh? Kenapa de?"

"Gak kenapa-kenapa na, aku mau putus aja, udah gak tahan akunya."

"Gak tahan gimana? Bukannya selama ini kamu baik-baik aja ya sama dia."

"Siapa juga sih na yang tahan kalau orang yg kamu sayang jarang hubungi kamu? Jalan sama temen-temennya ada waktu, sedangkan jalan sama aku ga bisa? Sekalinya jalan bawa temen dan kalaupun berdua, dia pasti sibuk sama hp nya. Aku punya pacar seperti gak punya pacar na, sakit aku, gak tahan, aku gak bisa kalau begini terus."

"Yasudah kalau itu memang keputusan kamu, tapi  menurut aku, lebih baik kamu pikiran lagi, sebelum semuanya terlambat.”


Bersambung....