Jumat, 23 Januari 2015

Bangkitlah Indonesiaku (Kepadatan penduduk? Bukan masalah bagi kami!)

Indonesia, siapa yang tidak tahu Indonesia? Negeri indah nan permai. Negeri sejuta keindahan dan kebudayaan. Negeri beribu pulau dengan segala kekayaan alamnya. Indonesiaku tercinta, Indonesiaku pusaka. Dulu kau dipuja. Dulu kau dicinta. Dulu kau pujaan para pecinta alam semesta.
Tapi kemana Indonesia kita yang dulu? Indonesia yang terkenal dengan ramah-tamahnya itu? Indonesia yang terkenal tertib, teratur dan membanggakan itu?
Dulu Indonesia bersih. Dulu Indonesia indah. Dulu Indonesia makmur. Dulu Indonesia sejahtera.
Tapi, apa yang terjadi dengan Indonesia sekarang? Indonesia sekarang seperti lautan, lautan sampah yang berserakan. Keindahan Indonesia nyaris tak terlihat kerena maraknya penduduk di Indonesia. Kemakmuran rakyat Indonesia hilang di tangan kalangan tak bertanggung jawab. Kesejahteraan rakyat Indonesia musnah termakan api persaiangan.
Kemana Indonesia yang dulu? Kami rindu Indonesia kami yang dulu. Indonesia yang tertib tanpa kerusuhan. Indonesia yang nyaman dan damai dengan jumlah penduduk yang merata. Indonesia tanpa kekerasan. Indonesia dengan keadilan tanpa korupsi.
Mengapa semua itu terjadi? Mengapa Indonesia berubah sedemikian rupa? Megapa Indonesia menjadi salah satu Negara yang paling banyak memiliki kekurangan di mata dunia?
Jawabannya hanya satu, “Penduduk Indonesia yang semakin lama semakin melambung tinggi.”
Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun penduduk di Indonesia makin bertambah. Dari data sensus penduduk 3 tahun terakhir, pada tahun 1990, jumlah penduduk di Indonesia berkisar 178.600.000 jiwa, pada tahun 2000 meningkat hingga 205.100.00 jiwa, dan pada tahun 2010 penduduk Indonesia telah mencapai 237.600.000 jiwa. Kenaikan yang cukup signifikan.
Masalah kenaikan jumlah penduduk di Indonesia bukan masalah yang ringan dan mudah diatasi. Kepadatan penduduk di Indonesia sudah temasuk masalah yang fatal, karena banyak masalah-masalah baru yang timbul akibat kepadatan penduduk Indonesia yang penyebarannya tidak rata ini. Masalah-masalah baru tersebut seperti masalah kurangnya lahan pemukiman, banyaknya sampah yang berserakan dimana-mana, kemiskinan, kemacetan, banjir, dan juga masalah pendidikan untuk anak pada kalangan keluarga kurang mampu.
Masalah pendidikan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah kependudukan di Indonesia. Semakin banyaknya penduduk di Indonesia, semakin marak juga persaingan para rakyat Indonesia untuk mencari pekerjaan. Semakin maraknya persaingan, semakin banyak pula pengangguran di Indonesia. Semakin banyak pengangguran di Indonesia, maka semakin tinggi tingkat kemiskinan di Indonesia. Semakin tinggi tingkat kemiskinan di Indonesia, semain banyak pula anak-anak yang tidak dapat menduduki bangku sekolah. Semakin banyak anak-anak yang tidak mendapat pendidikan, semakin terpuruklah bangsa kita ini.
Ingin jadi apa bangsa kita nanti? Ingin dibawa kemana bangsa kita kelak? Bagaimana nasib anak cucu kita kelak? Mau makan apa anak cucu kita nanti? Siapa penerus bangsa ini di masa depan? Siapa yang akan mengembalikan Indonesia kita yang dulu? Siapa yang akan menjadi pahlawan kebangkitan nasional kita selanjutnya? Jika sekarang keadaan Indonesia seperti ini. Jika sekarang banyak generasi penerus bangsa yang tidak dapat mengecap bangku pendidikan karena kemiskinan. Siapa pula yang bertanggung jawab atas semua kelalaian ini?
Sekali lagi, jawabannya hanya satu, “Kita, kita yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Kita yang akan menjadi penerus bangsa ini. Kita yang akan mengembalikan Indonesia menjadi seperti dulu. Kita yang akan menjadi pahlawan kebangkitan nasional selanjutnya. Kita yang akan mengubah semuanya menjadi lebih baik. Kita? Kita ini siapa? Kita bangsa Indonesia.”
Kita bangsa Indonesia, kita satu. Boleh jadi masalah kependudukan saat ini adalah masalah besar untuk bangsa kita. Boleh jadi masalah kependudukan saat ini adalah masalah yang menghambat bangsa kita untuk maju. Boleh jadi maslaah kependudukan di Indonesia saat ini menjadi ancaman serius untuk kelangsungan hidup bangsa kita. Tapi kita tidak boleh mundur, kita tidak boleh menyerah.
Jika dilihat dari segi positif, dengan masalah kependudukan yang dialami Indonesia saat ini bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mengapa demikian? Kita memiliki Sumber Daya Manusia yang lebih banyak daripada bangsa lain. Kita juga memiliki sumber daya Alam yang tidak kalah banyaknya dengan Sumber Daya Manusia yang kita miliki. Kita memiliki lahan yang luas untuk di manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Bagaimana caranya?
Kita sebagai satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, satu kesatuan. Kita tidak boleh egois, kita tidak boleh memikirkan diri sendiri, kita harus berpikir kiritis, berpikir maju untuk masa depan bangsa ini. Pemerintah harus mulai mengadakan pembangunan yang merata di seluruh Indonesia. Untuk apa? Untuk re-transmigrasi. Mengapa harus dilakukan pembangunan yang merata di seluruh Indonesia sebelum melakukan re-transmigrasi? Agar masyarakat Indonesia bersedia di re-transmigrasi ke daerah apa saja, karena pembangunan yang sudah jelas dan nasib merekapun sudah jelas. Dengan demikian, tiada lagi masalah kepadatan penduduk. Tiada lagi masalah persaingan yang ketat. Angka kemiskinan akan berkurang. Pendidikan di Indonesia pun akan berkembang pesat. Sumber Daya Manusia Indonesia menjadi berkualitas. Indonesia pun akan menjadi bangsa yang tidak akan mudah diremehkan oleh dunia, Indonesia pun akan menjadi salah satu Negara yang di segani dunia.

Mulailah berubah. Mulailah dari diri kita. Mulailah dari sekarang. Sebelum semuanya terlambat, selagi masih bisa diubah. Bangkitlah Indonesiaku! Bangkitlah negeriku! Mari rebut kejayaan Indonesia dahulu! Mari kita rebut kemerdekaan kita lagi! Indonesia bisa! Indonesia jaya! (/ratih)

2 komentar:

  1. tetap harus ada pengendalian jumlah penduduk krn lahan makin sempit dan jumlah lapangan kerja tidak berbanding lurus dengan jumlah pencari kerja. Masalahnya msh ada pola pikir "banyak anak banyak rejeki"

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar sekali, saya setuju. terimakasih atas komentarnya :D

      Hapus